KulinerPotensi

Dijamin Ketagihan! Petani Desa Galengdowo Sukses Budi Dayakan Salak Pondoh Madu, Rasanya Manis dan Segar

×

Dijamin Ketagihan! Petani Desa Galengdowo Sukses Budi Dayakan Salak Pondoh Madu, Rasanya Manis dan Segar

Sebarkan artikel ini
UNGGUL: Kepala Desa Galengdowo Wartomo saat memantau petani salak di Dusun/Desa Galengdowo Kecamatan Wonosalam.

Desakita.co – Bumi Wonosalam kaya akan komoditas buah unggulannya.

Selain durian, ada juga salak pondoh yang memiliki rasa manis dan berdaging tebal.

Salah satunya, dibudidayakan Sutar, 47, warga Dusun/Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam.

Salah pondoh yang dibudidayakan Sutar ada tiga jenis.

Di antaranya salak lokal dengan ukuran sedikit lebih kecil, salah pondoh lumut, dan salak pondoh madu.

Ia mulai membudidayakan salah sejak tahun 90-an.

”Dulu awalnya hanya beberapa pohon, sekarang sudah berkembang sekitar 600 pohon lebih,”  ujar Sutar kepada Jawa Pos Radar Jombang.

Dari total sekitar 600 pohon, paling banyak adalah jenis salak pondoh madu.

Ia menilai, rasa salak ini memiliki tingkat kemanisan lebih dibandingkan salak lain.

Selain itu, rasa asamnya juga minim bahkan cenderung tidak ada.

”Kemudian dagingnya tebal dan ukurannya besar-besar,” tambahnya.

Menurutnya, rasa manis dan daging buah yang tebal memang menjadi ciri khas salak pondoh madu.

Selain itu, dengan iklim yang mendukung membuat hasil buah semakin maksimal.

”Apalagi didukung kondisi iklim di Wonosalam, sehingga hasil buahnya bisa unggul,’’ jelas dia

Untuk perawatan, Sutar cukup menyirami dengan air seminggu sekali.

Sesering mungkin juga dilakukan perawatan dengan mengurangi sisa pelepah dan bakal buah salak dalam satu bonggol agar hasilnya maksimal.

”Ya, salah satu upaya untuk menghasilkan buah yang maksimal dan besar, itu pelepah yang ada di sekitar bonggol salak kita bersihkan, supaya terkena sinar matahari,” tandasnya.

Di samping itu, tunas atau bakal buah yang tidak lagi produktif juga harus dikurangi agar nutrisi yang didapat dari pohon juga maksimal.

”Sedangkan untuk pupuk kami gunakan dari hasil kotoran kambing. Hasilnya lebih subur,’’ terangnya.

Menurutnya, dengan perawatan yang baik, maka salak bisa berbuah sepanjang tahun.

Diakui salak memang buah yang tak kenal musim laiknya durian, alpukat, maupun manggis.

”Ya, salak adalah tanaman tak kenal musim. Asalkan perawatan dilakukan dengan baik maka bisa dipanen sepanjang tahun,’’ pungkasnya.

Sementara itu, melimpahnya potensi salak di Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam dimanfaatkan warga untuk membuat aneka kuliner dari salak.

Mulai keripik salak, jenang salak, dan dodol salak.

Dengan begitu, nilai jual salak semakin meningkat.

Kepala Desa Galengdowo Wartomo menyampaikan, untuk meningkatkan nilai jual salak di Desa Galengdowo, pihaknya telah membentuk kelompok wanita tani (KWT) yang beranggotakan ibu-ibu kreatif untuk mengolah salak jadi kuliner tradisional.

”Ya kita memiliki kelompok wanita tani yang terus mengembangkan inovasi olahan salak, misalnya keripik salak, jenang salak, dan dodol salak,’’ ujar dia.

Secara rutin kelompok wanita tani membuat berbagai olahan dari salak.

Kemudian mereka menjual saat ada event atau pesanan.

“Jadi untuk sementara kita membuat sesuai pesanan. Misalnya saat ada event Bancaan Salak Galengdowo atau acara Kenduri Durian Wonosalam,’’ tambahnya.

Dijelaskan, total ada 22 hektare perkebunan salak di Desa Galengdowo.

Dari jumlah itu, total salak yang didapat per panen sekitar 10 ton.

”Kita memiliki 49 petani yang mengembangkan berbagai varietas salak, mulai salak pondoh lumut, salah pondoh madu, maupun salak lokal,’’ pungkasnya. (ang/naz/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *