Uncategorized

Masjid Jami’ Khasan Al Munawi Desa Pucangsimo Jombang Berdiri Sebelum Indonesia Merdeka, Miliki Empat Pilar Kayu Jati

×

Masjid Jami’ Khasan Al Munawi Desa Pucangsimo Jombang Berdiri Sebelum Indonesia Merdeka, Miliki Empat Pilar Kayu Jati

Sebarkan artikel ini
JADI MASJID TERTUA: Masjid Jami’ Khasan Al Munawi di Desa Pucangsimo, Kecamatan Bandarkedugmulyo diyakini menjadi masjid tertua ketiga di kecamatan setempat.

DesaKita.co – Masjid Jami’ Khasan Al Munawi di Dusun Tegalrejo, Desa Pucangsimo menjadi salah satu masjid tertua di Kecamatan Bandarkedungmulyo, Jombang.

Masjid diyakini sudah berdiri sejak 1942 atau sebelum Indonesia merdeka. Gaya arsitektur masjid kental dengan nuasa Jawa.

Bangunan masjid berdiri dekat dengan afvoer (saluran buang) Mekikis. Bangunan masjid cukup luas, dengan ukuran 8X16 meter persegi dan memiliki halaman yang luas.

Dari luar terlihat bangunan masjid yang megah. Salah satu ciri khas Masjid Jami’ Khasan Al Munawi memiliki dua kubah.

Ruang utama masjid cukup luas. Terlihat lantai masjid bersih dan mengkilap. Bagian dinding ruang utama masjid juga dilapisi keramik.

Bagian mihram Masjid Jami’ Khasan Al Munawi juga luas. Terdapat mimbar dari kayu. Tidak banyak ornamen terpasang.

Di ruangan ini juga terdapat empat tiang dari kayu atau soko guru masjid yang tinggi menjulang. Masjid Jami’ Khasan Al Munawi memiliki serambi yang luas.

Lantai bagian serambi masjid dari marmer dan sebagian dindingnya dilapisi keramik. Bangunan masjid semaki dengan adanya lengkungan mengelilingi serambi masjid.

Halaman masjid cukup luas mampu menampung banyak kendaraan. Di depan masjid juga terdapat bangunan TPQ.

Ketua Takmir masjid Asmu’i Karim mengatakan, Masjid Jami’ Khasan Al Munawi diyakini sudah berdiri sejak Indonesia belum merdeka.

Secara pasti belum ada bukti tertulis berdirinya masjid itu. Hanya saja berdasarkan cerita dari kakek-neneknya, masjid itu sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. ”Cerita mbah-mbah dulu masjid ini sudah ada 1942,” ungkap Asm’ui.

Saat pertama didirikan, bangunan masjid masih sangat sederhana. Kala itu dindinginya dari gedek guling. ”Sudah masjid tapi tidak ada namanya, masjidnya juga kecil,” kata pria 79 tahun ini.

Dia masih ingat kondisi kala itu atau sebelum dilakukan rehab. Empat tiang yang kini berdiri menjadi salah satu saksi berdirinya masjid itu.

”Tinggalan masjid lama tinggal empat tiang itu saja, karena semuanya sudah dibongkar waktu rehab total 2005,” ujar dia.

Saat itu mayoritas materialnya dari kayu jati dan dindingnya dari gedek guling. ”Direhab itu semua kayu jati yang dipakai masjid dipecah, ada yang dibuat gawang, pintu sampai jendela,” tutur Asmu’i.

Kubahnya, lanjut dia, juga berbentuk sederhana. Berbentuk seperti cungkup lalu di atasnya dipasang semacam botol. ”Jadi ada seperti botol setengah meter juga cungkup,” lanjut dia.

Dalam perkembangannya, pada 2005 bangunan masjid direnovasi. Seluruh bangunan dirobohkan diganti baru yang saat ini berdiri.

”Dulu rehab total, karena selain dibangun juga ada perluasan,” lanjut dia. Lokasi masjid lama persis berada di area empat pilar kayu berada tepat di dekat pintu masuk ke ruang utama masjid.

”Diperluas ke barat, sehingga tiangnya jauh dari tempat imam dan mihrab,” kata Asmu’i. (fid/naz/fid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *