Uncategorized

Empat Pasien DBD di RSUD Jombang Meninggal Dunia, Tiga dalam Kondisi Kritis

×

Empat Pasien DBD di RSUD Jombang Meninggal Dunia, Tiga dalam Kondisi Kritis

Sebarkan artikel ini
PERAWATAN: Pasien gejala DBD dirawat di ruang Srikandi RSUD Jombang, Kamis (22/2). (Wenny Rosalina)

DesaKita.co – Sepanjang Februari kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jombang meningkat pesat. Hingga Kamis (22/2), sudah ada empat yang meninggal. Tiga pasien yang dirawat di RSUD Jombang dalam kondisi kritis.

’’Enam pasien DBD sempat dirawat di ICU. Yang tiga sudah membaik, dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan,’’ kata Direktur RSUD Jombang dr Ma’murotus Sa’diyah.

Total ada 21 pasien gejala DBD yang masih dirawat di RSUD Jombang. 17 di antaranya anak-anak dan empat dewasa. Enam pasien dalam kondisi yang kurang baik, dan 15 lainnya dalam kondisi membaik.

’’Yang kurang baik seluruhnya positif DBD,’’ jelasnya.

Ning Eyik, sapaan akrabnya, mengatakan, di RSUD Jombang sudah ada empat pasien yang dinyatakan meninggal karena DBD. Satu anak kelas 5 SD asal Palrejo Kecamatan Sumobito. Satu dari Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Jombang. Satu dari Desa Tugusumberejo Kecamatan Peterongan. Satu balita usia tiga tahun dari Desa Betek Kecamatan Mojoagung. ’’Satu dewasa dan tiga ana-anak,’’ bebernya.

Tingginya angka kasus kematian di RSUD Jombang karena rata-rata pasien datang ke RSUD Jombang dalam kondisi dengue shock syndrome (DSS). Kondisi kesehatan pasien sudah menurun. Seperti keringat dingin, tekanan darah turun, nadi melemah, dan menunjukkan tanda-tanda dehidrasi atau kekurangan cairan.

DBD biasanya muncul dengan tanda-tanda demam dan nyeri kepala depan, dan belakang telinga. Tingkat keparahan DBD bisa dikurangi dengan memberikan banyak cairan berupa susu.

’’Puncak DBD biasanya pada hari kelima setelah demam, trombosit dan leukosit turun dan kekentalan darah meningkat. Hari kelima dan keenam itu sangat rawan DSS. Dan biasanya hari-hari itu masyarakat baru membawa ke rumah sakit,’’ ulasnya.

Sementara itu angka inveksi virus dengue (IVD) di Kabupaten Jombang dalam dua bulan terakhir sangat tinggi. Hal itu disampaikan Dinas Kesehatan Jombang dalam konferensi pers di RSUD Jombang, Kamis (22/2). Tercatat ada 331 kasus IVD di Kabupaten Jombang.

’’IVD belum tentu DBD, tapi disebabkan virus yang sama yaitu dengue termasuk chikungunya. Ada yang baru suspect DBD dan lain sebagainya. Sekarang kita sebut seluruhnya dengan kasus IVD, bukan lagi spesifik DBD,’’ kata pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinkes Jombang, Syaiful Anwar.

Tingginya angka IVD ini karena tiga faktor. Pertama, karena musim hujan sehingga menyebabkan meningkatnya habitat nyamuk aedes aegypti.

Kedua, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan masyarakat masih belum menjadi budaya. Angka bebas jentik rata-rata masih 80-90 persen. Ketiga, masih perlunya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat.
(wen/jif/fid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *