DesaKita.co – Sebagian petani di Kecamatan Kesamben, Jombang yang terdampak banjir akibat meluapnya saluran buang atau Afvour Watudakon, harus lebih bersabar. Selain panen mundur dengan tiga kali tanam ulang, hasil yang didapatkan juga diperkirakan akan turun.
Menurut Sumadi, salah seorang petani asal Dusun Ingaskerep, Desa Kedungmlati, Kecamatan Kesamben, rata-rata umur tanaman padinya di atas satu bulan. ”Punya saya 45 hari, jadi belum sampai njebul,” katanya.
Penyebabnya karena tanam ulang sehingga musim tanam di tempatnya menjadi tak sama. Bagi yang terdampak banjir, musim tanam ikut bergeser. ”Panen juga terakhir,” imbuh dia. Begitupun tanaman padi diprediksi tak bisa tumbuh normal. Sehingga bisa ditebak, hasil panen akan turun.
”Istilahnya nggak ada anakannya, kalau tidak kena banjir mungkin masih bisa panen normal,” ujar Sumadi.
Terpisah, Kades Kedungmlati Mariyati, membenarkan bila umur tanaman padi di tempatnya tidak seragam setelah di awal tahun terdampak banjir. Sehingga waktu panen juga tak sama. ”Terutama dekat sungai (Afvour Watudakon) sekarang tanamannya tidak bisa tumbuh normal, kalau yang lain sudah siap panen. Hanya yang kena banjir dulu, sekarang masih hijau,” bebernya.
Ia menyebut, tiga kali tanam ulang itu membuat waktu panen juga tak sama. Padi yang terkena banjir panen terakhir. Upaya mengusulkan ke pemkab agar petani mendapat bantuan benih, sampai sekarang belum ada kepastian. ”Belum ada kabar lagi, sudah saya tanyakan ke PPL diminta nunggu,” pungkasnya. (fid/bin)