Desakita.co – Perilaku perundungan atau bullying saat ini semakin marak terjadi dan hal tersebut sudah menjadi perhatian khusus, mengingat dampaknya yang sangat fatal.
Perundungan atau bullying merupakan salah satu tindakan penindasan yang terjadi secara berulang, dan dilakukan dengan sengaja oleh seseorang atau beberapa orang dengan niat untuk menimbulkan penderitaan ataupun perasaan tidak menyenangkan terhadap orang lain yang memiliki kekuatan lebih lemah (Olweus, 2004).
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua diketahui menjadi faktor kuat dalam membentuk perilaku perundungan tersebut. Bentuk pola asuh orang tua juga berpengaruh terhadap kepribadian anak di masa depan.
Hal tersebut disebabkan oleh kepribadian anak yang dipupuk sejak dini. Maka dari itu pola asuh yang dilakukan oleh orang tua akan sangat mempengaruhi dalam pembentukan kepribadian serta perilaku pada anak termasuk perilaku bullying.
Jika pola asuh yang dilakukan oleh orang tua kurang baik pada anak, maka perilaku anak akan menjadi tidak baik juga.
Perundungan tidak hanya terpaku pada penindasan dan kekerasan saja. Terdapat beberapa bentuk perundungan, seperti fisik, verbal dan relasional (Olweus, 2004). Perundungan verbal berhubungan dengan kata-kata yang dikeluarkan secara verbal, seperti tindakan memaki, menghina, memfitnah dan memberikan julukan yang tidak menyenangkan.
Sementara perundungan dalam bentuk fisik dilakukan secara langsung dan di dalam prosesnya terdapat kontak fisik antara pelaku dan korban.
Seperti memukul, menampar, mendorong, menendang dan berbagai tindakan kontak fisik lainnya. Perundungan dalam bentuk relasional merupakan semua tindakan yang bersifat merusak hubungan dengan orang lain, seperti mengucilkan seseorang.
Jadi perundungan bisa diartikan juga sebagai perilaku agresi, dengan ciri menyalahgunakan kekuasaan secara berulang dan sistematis. Lingkungan eksternal memiliki andil yang sangat besar dalam hal ini.
Orang tua memiliki peranan yang sangat penting, sehingga perilaku seorang anak di kemudian hari sangat dipengaruhi oleh pola asuh dan hubungannya dengan orang tua.
Terdapat tiga jenis pola asuh yang digunakan oleh orang tua. Yaitu otoriter, permisif dan otoritatif (Baumrind, 1966). Dari ketiga jenis pola asuh ini, pola asuh otoriter diketahui menjadi faktor yang paling kuat dalam membentuk perilaku bullying.
Pola asuh otoriter menekankan pada kontrol dan kapatuhan yang tidak boleh dipertanyakan oleh anak. Orang tua berusaha membuat anaknya melakukan rangkaian standar yang sudah dibuat dan menghukum mereka semena-mena dan dengan paksa jika anak melanggar.
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan penerapan pola asuh memiliki peran penting dalam kehidupan seorang anak. Perilaku dan sikap yang ada pada diri seseorang merupakan hasil dari internalisasi nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang tua.
Jadi, pola asuh yang tepat dalam mendidik anak sangat dibutuhkan.
Karena buruknya perhatian dan pengawasan orang tua, penerapan aturan yang tidak konsisten, orang tua yang tidak harmonis, dan penolakan dari orang tua mampu menimbulkan masalah perilaku pada anak. Termasuk perilaku bullying. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama.
Untuk itu, demi terciptanya generasi bangsa yang berkualitas, mari kita bersama menuntaskan masalah bullying dari keluarga, dengan memilih pola asuh yang tepat. Sehingga perilaku bullying bisa diminimalisasi bahkan dihilangkan.
Oleh Imrotul Ummah (Mahasiswa S2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri Surabaya)