DesaKita.co – Pemerintah Desa Mentaos, Kecamatan Gudo, Jombang berupaya untuk meningkatkan perekonomian warga melalui UMKM.
Yakni, dengan memanfaatkan produk UMKM yang mayoritas makanan di setiap kegiatan desa.
”Saya maksimalkan perputaran ekonomi di masyarakat desa sendiri, jangan sampai acara di desa sini tapi produk makananya cari ke luar Mentaos,” ungkap Mohammad Soleh Kepala Desa Mentaos.
Desa Mentaos memiliki tiga dusun. Yaitu Dusun Mentaos, Dusun Jampirogo dan Dusun Dermo.
Baca Juga: Bangun Jalan Lingkungan Baru, Komitmen Pemdes Sambirejo Jogoroto Jombang Permudah Akses Petani
Nama Desa Mentaos sendiri karena dipercaya jaman dulu banyak pohon mentaos, atau pohon yang jadi bahan utama untuk membuat sendal bakiak.
Terakhir pohon itu ada di punden Mbah Direjo yang disebut sebagai sosok babat alat Desa Menatos. Sayang, sekarang tidak ada lagi pohon mentaos.
Awal berdiri, pohon mentaos hanya ada di dua dusun, yakni Dusun Mentaos dan Dusun Dermo. Khusus Dusun Jampirogo dulu masuk Desa Blimbing, kemudian bergabung dengan Desa Mentaos sekitar tahun 1970-an.
Ia menyampaikan, jumlah warganya sekitar 2.100. Mayoritas masyarakat bermatapencaharian sebagai petani, kurang lebih 80 persen.
Adapun 10 persen lainnya pegawai dan 10 persen pelaku UMKM. Sebagian besar pelaku UMKM bergerak di bidang kuliner, ada kue basah, kue kering dan katering.
Hal ini tak lepas dari binaan desa melalui TP PKK Desa Mentaos yang mengadakan pelatihan kuliner dengan mendatangkan narasumber di tingkat kabupaten. Tak hanya itu, setiap tahun juga ada lomba memasak.
”Di tingkat kecamatanpun, kalau ada lomba memasak, Mentaos sering juara 1,” jelasnya. Menurut Soleh, yang paling terkenal di adalah roti tawar sebagai bahan utama roti bakar.
”Katanya di sini (Mentaos, Red) paling murah, jadi banyak orang-orang luar yang cari ke sini,” jelasnya lagi.
Jika ada kegiatan di kantor desa, ia mewajibkan produk UMKM masyarakatnya sendiri agar perputaran uang tidak sampai keluar dari Desa Mentaos.
Dengan langkah sinergi ini pelaku UMKM bisa semakin berkembang. Meski begitu, ia tetap memperhatikan profesi lain. Kepada petani, dibangun kurang lebih 2 kilometer jalan usaha tani dan rabat beton. Begitu juga dengan saluran irigasi terus dibangun di berbagai titik.
Hanya saja, tahun ini alokasi dana desa untuk infrastruktur cenderung sedikit. Sejak pandemi prioritas dana desa digunakan untuk BLT. ”Kurang lebih Rp 200 juta dana desa kami untuk BLT,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu pasangan pelaku usaha Rusdiana dan Ekhwanto, memulai usaha makanan sejak 2017. Omzet per hari jutaan rupiah, bahkan bisa membeli barang-barang berharga dari penghasilan UMKM yang dijalani.
”Saya awal jualan 2017, kue-kue kering kayak monde susu, nastar, roti kacang, dan lain sebagainya selama bulan puasa. Kalau sehari-hari ya ayam geprek dan menyediakan katering makan lansia,” kata Rusdiana.
Usahanya mulai berjaya ketika kateringnya digunakan untuk program pemerintah, yaitu memberi makan lansia. Tahun 2022 ia dikontrak satu bulan, 2023 dikontrak enam bulan dan tahun ini lima bulan.
Usaha kue keringnya tetap laku keras. Tahun ini misalnya, ia bisa menjual 5.000 toples kue kering ke reseller. Omzetnya tak tanggung-tanggung, mencapai Rp 100 juta sebulan.
”Itu hanya Ramadan saja, Di luar itu ya sekitar Rp 7 juta per hari,” bebernya.
Melalui usahanya, Rusdiana mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini tak lepas dari dukungan pemerintah Desa Mentaos yang selalu mendukung UMKM desanya.
Jasa makanan Rusdiana juga sering kali jadi konsumsi rapat di kantor desa.
”Alhamdulillah kalau ada acara apa-apa di kantor desa, sering pesan kue ke saya,” pungkas dia. (wen/bin)