Asal-Usul

Menelisik Temuan Topeng di Situs Goa Made, Kudu Jombang (1): Terindikasi Palsu, Diketahui Usai Diteliti

×

Menelisik Temuan Topeng di Situs Goa Made, Kudu Jombang (1): Terindikasi Palsu, Diketahui Usai Diteliti

Sebarkan artikel ini
TEMUAN BERHARGA: Sejumlah temuan topeng di Situs Goa Made, Desa Made Kecamatan Kudu

Desakita.co – Situs Goa Made yang terletak di Desa Made, Kecamatan Kudu sempat mencuri perhatian dunia pada 2006 silam.

Terlebih, ketika ditemukan ratusan topeng perunggu di dalam goa. Namun, belakangan diketahui jika topeng itu terindikasi palsu alias benda baru yang dikuno-kunokan.

Arkeolog Museum dan Cagar Budaya Kemendibudristek RI Wicaksono Dwi Nugroho menjelaskan secara detail terkait indikasi penipuan obyek diduga cagar budaya (ODCB) kuno ini.

Saat itu, beberapa arkeolog dari Indonesia dan Italia menemukan ratusan topeng di dalam goa yang diduga berasal dari abad ke-11 itu.

”Klaim saat itu, memang temuannya terkumpul di satu titik saja, dan memang gempar,” ujar dia.

Dijelaskan, topeng yang ditemukan saat itu bentuknya juga beragam.

Namun seluruhnya berbahan sama yakni dari perunggu dengan warna yang kehijauan. Jumlah topeng itu mencapai ratusan.

”Jumlah temuannya memang massif. Topeng itu, seluruhnya diambil dan kemudian diputuskan untuk dilakukan ekskavasi lanjutan, kebetulan saya yang memimpin saat itu,” lanjutnya.

Sekitar tahun 2006-2007, ekskavasi lanjutan dilakukan dengan metode yang berbeda.

Wicaksono menyebut, di ekskavasi yang dilakukannya ini ia memilih menghindari metode gangsir atau membuat lubang.

“Saya memilih untuk melakukan dengan membuka beberapa grid kotak, dan jalurnya dibuka lewat atas, sehingga lebih bisa dipertanggungjawabkan,” lanjutnya memerinci.

Penyisiran pun dilakukan ke sisi utara tempat temuan topeng di Situs Goa Made.

Namun, hasilnya tak satupun topeng kembali ditemukan. Bahkan untuk sekadar remahan perunggu penyusun topeng pun tak ada lagi.

“Jadi bisa dibayangkan topeng itu ditemukan di satu titik dalam jumlah besar.

Itu menguatkan dugaan kami dulu kalau ada yang tidak beres,” tambahnya.

Dijelaskan, dalam ekskavasi yang dilakukan dalam dua tahap itu tak satupun temuan berupa topeng. Akhirnya, ekskavasi pun dihentikan.

Hal senada juga dikuatkan juru pelihara Goa Made Fefi Irawati, ia juga memastikan tak ada temuan topeng apapun dalam dua ekskavasi selanjutnya.

“Waktu ekskavasi itu, saya belum jadi jupel, sebab jupelnya masih ayah saya.

Tapi saya dan suami adalah orang yang membantu di dalam goa, membawa material keluar, dan tidak ada topeng,” tambahnya.

Untuk membuktikan indikasi topeng palsu tersebut, proses studi kepada topeng yang ditemukan pun dilakukan.

Wicaksono dan timnya akhirnya menemukan titik terang terkait janggalnya sejumlah topeng perunggu itu.

“Kami sempat terkejut, karena saat dilakukan uji bakar, topeng-topeng itu ternyata terbakar padahal kami hanya menggunakan lilin dalam uji bakar itu,’’ lontarnya.

Diketahui kemudian, yang membuat terbakar topeng itu adalah kandungan semacam plastik yang digunakan untuk merekatkan topeng itu.

”Setelah diteliti, topeng itu dibuat dengan material gerusan uang kepeng yang dicetak dan dilem,” lontarnya.

Temuan itu, juga sempat dikroscek kepada salah satu penjual barang antik di Trowulan yang mengaku menemukan topeng itu pertama kali.

”Akhirnya tidak terbantahkan di sana, dia memang pembuatnya.

Topeng itu sempat dijual ke orang Italia, dan diakuinya ditemukan di situs Goa Made, itu juga ternyata yang membuat kolektor Italia mensponsori ekskavasi pertama,” lontarnya.

Wicaksono juga menyebutkan, sejumlah topeng itu hingga kini masih disimpan di Pusat Informasi Majapahit (PIM) Trowulan, Mojokerto, meski tanpa diberi keterangan.

“Di koleksi tidak ada narasinya, bahkan setahu saya juga lebih banyak disimpan di storage (gudang),” pungkasnya. (riz/ang/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *