Bisnis

Miliki 50 Peternak, Pemdes Karanglo Jombang Wujudkan Jadi Desa Sentra Ternak Kambing

×

Miliki 50 Peternak, Pemdes Karanglo Jombang Wujudkan Jadi Desa Sentra Ternak Kambing

Sebarkan artikel ini
INSPIRATIF: Kades Karanglo Habib Ghofir (batik hitam) bersama perangkat desa memberi pakan kambing di salah satu kandang, Kamis (4/1).

DesaKita.co – Pemerintah Desa Karanglo, Kecamatan Mojowarno, Jombang memiliki komitmen untuk mewujudkan sentra ternak kambing.

Saat ini, lebih dari 50 warga beternak kambing hingga jumlah populasinya mencapai 500 ekor.

Kades Karanglo Habib Ghofir mengatakan, desanya memiliki enam dusun. Meliputi Dusun Mojokembang, Srapah, Kedunglo, Bajang, Klagen dan Dusun Gayeman.

”Sebenarnya Desa Karanglo dulu sudah jadi sentra ternak kambing saat masa Presiden Soeharto 1990-an,” katanya kepada Jawa Pos Radar Jombang.

Kala itu, jelasnya, Desa Karanglo mendapat bantuan puluhan ekor kambing dari pemerintah pusat. ”Masuk Inpres Desa Tertinggal (IDT) dapat bantuan kambing dan dibagikan kepada warga kurang mampu,” imbuh dia.

Bantuan ini membuat warga sekitar banyak yang beternak kambing. Hingga akhirnya dibangun sebuah monumen patung kambing di halaman balai desa. ”Sampai sekarang patung kambing masih ada,” ujar Habib.

Seiring berjalannya waktu, warga mulai meninggalkan aktivitas beternak hingga jumlahnya terus berkurang. ”Lalu kita coba bangkitkan lagi melalui program kambing bergulir, juga kurang jalan,” tutur dia.

Setelah dilakukan evaluasi, ada beberapa item yang membuat warga tak lagi melanjutkan beternak kambing. ”Karena pendampingannya kurang, konsep belum terbangun dan soal SDM,” lanjut Habib.

Berawal dari situ, pihaknya kemudian memiliki rencana kembali mewujudkan Desa Karanglo sebagai sentra ternak kambing.

”Sudah kita mulai sejak beberapa tahun lalu, Alhamdulillah sudah banyak lagi warga yang beternak kambing,” tutur dia.

Hingga saat ini, lebih dari 50 peternak menyebar di enam dusun dengan jumlah kambing mencapai 500 ekor.

”Jenis kambingnya beda-beda, tergantung masing-masing peternak. Karena sifatnya sekarang pribadi atau mandiri,” lanjut Habib.

Pihaknya optimistis, upaya mengibarkan kembali sentra kambing bakal berjalan mudah.

”Karena fisik sudah kita bangun, tinggal meningkatkan SDM, akan kita bentuk kelompok masyarakat atau komunitas untuk bejalar bersama atau tukar pengalaman,” tutur dia.

Dengan begitu, monumen yang kini berdiri tak sekadar jadi pajangan.

”Saya kira para pendahulu kita dulu juga memiliki pemikiran sama. Sebagai penerus saya punya kewajiban membangkitkan ternak kambing dan mengangkat perekonomian warga,” pungkasnya. (fid/bin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *