Desakita.co – Sunarto, warga Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang menjadi imam di Masjid Ali bin Hasan Uni Emirat Arab (UEA).
Sejak 2021, ia bisa mengamalkan sekaligus ilmunya di UEA.
Utamanya terkait Alquran dan hadis bersama para masayikh besar.
’’Saya sudah di sini sejak November 2021. Menjadi imam, khotib Jumat, salat Idul Fitri dan Idul Adha,’’ kata Sunarto.
Bisa menjalankan tugas kehormatan di luar negeri bagi Sunarto adalah hal yang sangat membanggakan.
Ini tak lepas dari usaha kerasnya belajar ilmu agama dan menghafalkan Alquran selama tinggal di pondok pesantren.
Sunarto lahir di Pemalang, Jawa Tengah, 16 November 1989.
Ia mengawali belajar di SDN Tegalmlati 1 Kabupaten Pemalang.
Kemudian melanjutkan MTs dan MA di PP Madrasatul Quran (MQ) Tebuireng.
Untuk menjadi imam di UEA, ia harus mengikuti ujian langsung yang diselenggarakan UEA di Jakarta.
Materi yang diujikan, hafalan Quran, pengetahuan fiqih, baca khotbah dan Bahsa Arab serta Bahasa Inggris.
Putra pasangan Sukirno dan Widarsi ini mampu melewati semua tes dengan lancar.
Sehingga dinyatakan lolos dan mulai bertugas pada November 2021.
’’Menjadi imam di luar negeri, tidak pernah saya bayangkan,’’ kata Sunarto yang tercatat sebagai warga Kedaton, Desa Bulurejo, Kecamatan Diwek.
Sejak jadi santri dulu, menantu Dr KH Ahmad Musta’in Syafi’ie tersebut banyak terinspirasi oleh tokoh-tokoh Islam di seluruh dunia.
Hal itu membuatnya ingin berkiprah dan belajar di luar negeri.
Tahun pertama dilalui dengan berbagai kendala.
Utamanya makanan hingga pakaian.
Di Indonesia, dia terbiasa mengenakan baju koko, sarung dan songkok, ditambah dengan surban untuk menjadi imam. Semua itu tidak berlaku di UEA.
Di sana, pakaian imam harus jubah, bisht atau jubah tradisional Arab yang umumnya digunakan laki-laki.
Serta surban dan iqol atau ikat surban Arab yang dikenakan di kepala.
’’Pakaian itu wajib digunakan imam di UEA. Jadi memang sedikit berbeda dengan di Indonesia,’’ ungkapnya.
Sementara dari sisi makanan, ia harus banyak beradaptasi, karena jika di Indonesia ia terbiasa makan nasi, di UEA makanan utama roti-rotian, paratha dan nasi mandhi atau biryani.
”Di sini restoran bukanya jam 11 siang, kalau mau makan nasi-nasian ya siang itu,” ungkapnya. (bersambung)