Lifestyle

Perjalanan Pungki Arista Vinuji, Alumnus SMK Dwija Bhakti 1 Jombang yang Kini Kerja di Perusahaan Manufaktur di Hungraia Eropa

×

Perjalanan Pungki Arista Vinuji, Alumnus SMK Dwija Bhakti 1 Jombang yang Kini Kerja di Perusahaan Manufaktur di Hungraia Eropa

Sebarkan artikel ini
NIKMATI LIBURAN: Pungki Arista Vinuji warga Desa Keplaksari Jombang saat berlibur di Eropa.

Desakita.co – Pungki Arista Vinuji mengaku beruntung mendapatkan kesempatan bekerja di Hungaria, Eropa.

Selain mendapatkan pundi-pundi uang dari kerja kerasnya, ia juga punya kesempatan keliling Eropa.

”Sebagai pencinta alam, saya senang mendapatkan kesempatan untuk explore Eropa,” kata pria asal Dusun/Desa Keplaksari, Kecamatan Peterongan tersebut.

Lahir di Jombang pada 10 September 1995, Pungki memulai pendidikannya di SDN Keplaksari, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Peterongan.

Setelahnya ia menempuh pendidikan di SMK Dwija Bhakti 1 Jombang Jurusan Permesinan.

Sebelum memutuskan untuk merantau ke luar negeri, Pungki sempat bekerja di Hotel Yusro, kemudian bekerja di PT Guntner Indonesia Manufacture di Pasuruan.

”Saat itu perusahaan tempat saya bekerja membutuhkan tenaga laki-laki, jadi saya mengajukan diri,” jelasnya. Pada 2019, pengalaman barunya di Eropa dimulai, tepatnya di negara Hungaria.

Ia bekerja sebagai orbital welding atau las pipa otomatis di Guntner Tata Kft Hungary, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur.

Hungaria dipilihnya karena ingin menjelajah Eropa, mulai dari kehidupan masyarakatnya, budaya serta lingkungannya.

”Awalnya takut tidak bisa adaptasi di lingkungan kerja,” ungkapnya.

Sebelum bekerja, Pungki dibekali dengan kemampuan bahasa dan serta dikenalkan budaya Eropa.

Di sana, ia menghadapi teman baru dari Hungaria, Mexico, Serbia, Romania, Ukraina.

”Dan sangat sedikit yang bisa bahasa Inggris. Jadi, waktu itu masih agak kesulitan adaptasi, tapi seiring berjalannya waktu alhamdulillah masalah lingkungan bisa teratasi semua,” jelasnya.

Menurutnya, kerja di Indonesia dan di Hungaria sama saja, yaitu kerja delapan jam sehari, dengan istirahat 30 menit, dan 10 menit untuk salat.

Satu tahun dapat cuti sebanyak 22 hari. ”Yang membedakan di kualitas pengerjaan di sini lebih bagus.

Bicara lingkungan kerja sih sama seperti Indonesia, ada yang toxic ada welcome. Tapi, orang sini kalau marah itu cuman di hari itu saja, besoknya bercanda lagi,” jelasnya.

Salah satu motivasi Pungki bekerja di luar negeri karena ingin menjelajah dunia.

Ia pernah ingin bekerja di Jepang, sayangnya mendaftar secara mandiri. Saat cabang PT Guntner Hungaria dibuka dan membutuhkan tenaga, ia buru-buru mendaftar dan diterima.

”Itu pertama kali man power Indonesia beralih kontrak, biasanya setahun sekali hanya diperbantukan selama tiga bulan,” jelasnya.

Jika membandingkan gaji yang didapat, Jepang dan Korea masih lebih tinggi. Namun, ia tetap bersyukur, di luar gaji yang didapatkan, ia bisa mendapatkan pengalaman yang banyak.

”Suka dukanya yang pasti jauh dari keluarga, tapi saya bisa explore Eropa di sini, meski masih hanya Austria, bisa dapat ilmu kehidupan bertemu dengan teman baru, yang hebat dan bisa saya gali ilmunya,” jelasnya.

Putra pasangan Sapto Pinuji dan Rohmatin ini mengaku mengalami kesulitan komunikasi sampai sekarang.

Namun, ia mengaku beruntung, meski bicaranya belum lancar tapi lingkungan sekitarnya tidak pernah menertawakan, justru belajar mengerti.

”Kalau orang lain bicara saya mencoba memahami kata dasarnya, karena bahasanya sangat sulit dipelajari,” jelasnya.

Soal makanan, ia cukup mudah beradaptasi. Sebab, ia mendapatkan jatah bahan mentah yang cukup dari sisi jumlah hingga nutrisi dari perusahaan sehingga bisa diolah sesuka hati.

”Kalau masakan orang sini cenderung asin, tapi jatah dari perusahaan sangat lengkap, 4 sehat 5 sempurna,” katanya.

Sedangkan iklim di Hungaria, ia hanya mengaku kerepotan ketika datang musim dingin.

Karena, ia harus menggunakan pelembab dan pakaian yang bertumpuk-tumpuk agar badan tetap hangat ketika di luar ruangan.

”Kalau pergantian iklim dari tahun ke tahun tidak begitu dingin seperti awal-awal tinggal di sini,” jelas pria yang hobi koleksi tanaman dan olahraga tersebut.

Menurutnya, bekerja di luar negeri tidak cukup hanya bermodalkan skill atau kemampuan kompetensi.

Tapi, juga tekad dan kemampuan dalam berbahasa, minimal bahasa Inggris. ”Skill pengelasan dan bahasa Inggris  harus bisa, karena mau ke mana pun gampang.

Welder Indonesia diakui oleh dunia,” jelasnya.

Dengan bekerja di luar negeri, ia sudah bisa membuat kedua orang tuanya bangga.

Karena, ia bisa mengangkat derajat kedua orang tua, melunasi hutang-hutang, hingga mempersiapkan masa depan saudara.

”Alhamdulillah orang tua terbebas dari hutang, bisa menikmati masa tua dan membukakan jalan masa depan bagi saudara kandung,” pungkasnya. (wen/naz/ang)

 

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *