Desakita.co – Usia remaja merupakan masa yang unik dan masa transisi memasuki dewasa.
Pada usia ini, saat yang tepat untuk membina dan mengarahkan anak untuk memasuki kematangan usia dewasa.
Anak memasuki usia remaja ditandai dengan perubahan fisik, emosional, sosial, dan kognitif yang signifikan.
Secara emosional, anak remaja sering mengalami fluktuasi emosi yang kuat.
Termasuk perasaan cemas, stres, dan tekanan. Masa remaja juga merupakan waktu di mana individu mulai mencari identitas diri di luar lingkungan keluarga.
Sisi lain bisa dilihat dari perkembangan sosial, hubungan sosial menjadi semakin kompleks pada masa remaja.
Termasuk hubungan dengan teman sebaya, keluarga, dan masyarakat. Remaja juga mulai membentuk nilai-nilai, keyakinan, dan pandangan dunia mereka sendiri.
Madrasah Tsanawiyah merupakan lembaga pendidikan yang mendidik anak remaja usia antara 12 – 15 tahun yang merupakan fase pubertas.
Dalam mendidik anak diperlukan cara yang sesuai dengan perkembangan anak.
Mengulik pakem orang Jawa dalam rangka ngopeni (merawat/mendidik) anak adalah harus dahwen open.
Pakem Jawa ini bisa menjadi wawasan kita dalam mendidik anak.
Menurut Ismawati dalam Makna Ungkapan Bahasa Jawa (36: 2019) dahwen epen adalah suka urusan orang lain. Makna ini bisa bersifat positif bisa juga bersifat negatif.
Makna positif dahwen open bisa menjadi inspirasi dalam ngopeni anak.
Yakni memberikan perhatian kepada anak dalam bentuk mendengarkan dengan empati, pendidik menjadi pendengar yang baik.
Biarkan anak remaja merasa didengar dan dipahami. Berikan mereka kesempatan untuk berbicara tentang perasaan, kekhawatiran, dan pengalaman mereka tanpa memberikan penilaian atau kritik.
Hal lain dalam open dahwen bisa menjadi teman dekat dengan membuat hubungan yang kokoh dan terbuka. Sehingga mereka merasa nyaman untuk berbagi perasaan dan pikiran mereka dengan tidak membiarkan anak mengambil keputusan sepihak.
Hal ini penting karena pada fase anak remaja kehidupan mereka tidak hanya dipengaruhi oleh keluarga.
Namun sudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dan anak masih dalam kondisi belum matang dalam mengambil sebuah keputusan mengikuti atau menolak dari apa yang dilihat dan dilakukan bersama lingkungannya.
Dahwen open bisa dilakukan juga dengan memberikan ruang untuk mandiri. Memberi mereka kesempatan untuk membuat keputusan sendiri dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.
Pengalaman yang sudah dilakukan oleh anak dan mendapatkan pemantauan dari pendidik. Maka anak belajar mengambil kuputusan. Ketika keputusan itu dilakukan adalah sudah tepat maka pendidik bisa memberikan reward.
Namun jika kurang tepat maka pendidik bisa mengingatkan dengan baik.
Harapan terbentuknya remaja yang matang akan tercapai jika masa kritis usia remaja dapat dilalui dengan baik. Hal ini membutuhkan peran serta orang tua dan pendidik yang dahwen open dalam arti positif.
Oleh Sulkan SPd (Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) MTsN 9 Jombang)