Pemerintahan

Gegara Sawah Terendam Banjir, Petani di Tiga Kecamatan Merugi Besar, Disperta Jombang Carikan Solusi

×

Gegara Sawah Terendam Banjir, Petani di Tiga Kecamatan Merugi Besar, Disperta Jombang Carikan Solusi

Sebarkan artikel ini
TANAM ULANG: Sebagian petani di Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben harus tanam ulang, usai tanaman padi mati terdampak banjir.

Desakita.co – Banjir yang menggenangi ratusan hekatre areal sawah di sejumlah kecamatan di Kabupaten Jombang sudah berangsur surut.

Petani merugi besar lantaran tanaman padi yang baru awal tanam banyak yang mati. Dinas Pertanian (Disperta) Jombang mulai bergerak melakukan pendataan areal tanaman yang rusak.

Akibatnya petani merugi.

Kepala Disperta Jombang M Rony mengatakan, usai melakukan survei ke lokasi, lahan pertanian yang terdampak banjir menyebar di tiga kecamatan.

Masing-masing Kecamatan Kesamben, Kecamatan Peterongan, dan Kecamatan Tembelang. ”Jadi teman-teman sedang mendata tanaman yang gagal panen.

Artinya sudah ditanam terus mati, itu sedang kita data,” kata Rony dikonfirmasi, Minggu (28/1).

Rony menerangkan, rata-rata tanaman padi yang terendam masih berumur 10-20 hari tanam. Ia pun tak menampik potensi kerusakan tanaman akibat tergenang banjir sangat tinggi.

Karenanya pihaknya segera melakukan pendataan. ”Mayoritas di sana padi yang baru selesai ditanam. Kami upayakan petani nanti mendapat benih bantuan pada musim berikutnya,” ujar dia.

Menurut dia, bantuan tak bisa langsung diserahkan ke petani terdampak. Selain persoalan waktu, juga musim tanam.

”Diberikan sekarang tidak mungkin, butuh waktu lama mulai membuat tempat persemaian dahulu sehingga musim tanam telat. Umur tanaman tidak sama dengan yang lain ini berisiko terserang hama tikus,” tutur Rony.

Diakui, musim hujan seperti sekarang ini beberapa wilayah rentan terdampak banjir. Namun, di tiga kecamatan itu selama ini terus menjadi langganan banjir tiap tahunnya.

Penyebabnya karena luapan air dari Afvoer Watudakon, dan beberapa anak saluran lainnya seperti Afvoer Kedungbajul juga meluap.

”Ini masih kita bahas bersama, dengan petani dan Hippa (Himpunan petani pemakai air), serta dinas PUPR, supaya ada solusi, karena Afvoer Watudakon ini ikut BBWS Brantas,” kata Rony.

Seperti diberitakan sebelumnya, luapan air dari Afvoer Watudakon dan Afvoer Kedungbajul merendam sedikitnya 180 hektare areal persawahan di Kecamatan Kesamben dan Kecamatan Peterongan.

Akibatnya, tanaman padi yang baru ditanam terancam mati alias harus tanam ulang. Rinciannya, sekitar 130 haktare di Kecamatan Kesamben dan 50 hektare di Kecamatan Peterongan.

Belakangan diketahui, puluhan hektare sawah di Kecamatan Tembelang juga tergenang banjir. Sumarto petani asal Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben mengeluhkan nasib tanaman padinya yang rusak akibat tergenang banjir. Lantaran tanaman padinya banyak yang mati, ia mengaku merugi. ”Tinggal sedikit yang masih hidup, jelas tanam ulang,” ujarnya.

Menurutnya, banjir yang menggenangi areal persawahan di wilayahnya hampir terjadi setiap tahun. Karenanya ia berharap ada solusi konkret dari pemerintah. ”Petani sekarang susah, sudah pupuknya mahal, setiap tahun selalu kena banjir,” keluhnya. (fid/naz/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *