Desakita.co – Sejumlah petani di wilayah utara Sungai Brantas mengeluhkan anjloknya harga jual gabah.
Pasalnya, meski pemerintah sudah menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) di tingkat petani, di lapangan belum berjalan sesuai harapan.
Sumartono, salah satu petani Desa Pagertanjung, Kecamatan Ploso mengeluhkan harga jual gabah kering panen di wilayannya terjadi penurunan.
Jika awal panen sebelumnya masih di kisaran Rp 5.000 per kilogram, setelahnya turun drastis.
”Dua hari lalu saya panen, jual ke tengkulak setelah turun dari mesin perontok Rp 4.600 per kilogram,” imbuh dia kepada Jawa Pos Radar Jombang.
Padahal, lanjut Sumartono, sekitar dua pekan yang lalu harga jual gabah kering panen masih berada di angka Rp 5.000 per kilogram. ”Sekarang Rp 5.000 per kilogram sudah susah,” ujar Sumartono.
Padi miliknya tak dipanen menggunakan mesin combine melainkan dipanen manual. Sedangkan harga gabah kering giling di wilayah setempat Rp 6.000 per kilogram.
”Jelas sambat. Dijual buat modal atau biaya tanam tembakau,” ujar Sumartono.
Baca Juga: Harga Gabah Merosot, DPRD Jombang Minta Bulog Serap Gabah Petani
Sementara itu, Pinca Perum Bulog Mojokerto Rusli mengatakan, pihaknya saat ini menyerap gabah dan beras.
”Jadi, kita sudah melakukan penyerapan beras dan gabah. Untuk beras harganya Rp 11.000 per kilogram, sedangkan gabah kering giling Rp 7.400 per kilogram,” kata Rusli (28/4).
Untuk penyerapan gabah, Bulog bekerja sama dengan mitra Bulog.
”Untuk gabah kering sawah di mitra kita antara Rp 5.800 – Rp 6.000 per kilogram,” tutur dia.
Diakui, untuk saat ini pihaknya tak bisa langsung melakukan penyerapan gabah kering sawah atau panen di tingkat petani.
Alasannya, karena tak memiliki mesin penggilingan sehingga menjalin kerja sama dengan mitra.
”Kita minta tolong ke mitra. Mereka yang menjual gabah kering giling ke kita,” ujar Rusli seraya mengatakan ada 30 mitra Bulog di Kabupaten Jombang dan Mojokerto.
Terkecuali, lanjut dia, ketika pihaknya sudah memiliki mesin.
Bisa langsung melakukan penyerapan ke tingkat petani. ”Ketika ada penggilingan, kita bisa ambil gabah kering sawah,” kata Rusli.
Seperti diberitakan sebelumnya, keluhan sejumlah petani terkait anjolknya harga jual gabah saat musim panen raya menjadi atensi kalangan dewan.
Pasalnya, tak sedikit petani terpaksa menjual hasil panen gabahnya jauh di bawah HPP.
”Harga gabah sekarang di kisaran Rp 5 ribu per kg bahkan di bawah itu juga ada, padahal pemerintah kalau tidak salah sudah menetapkan HPP GKP sebesar Rp 6 ribu,” ungkap Ketua Komisi B DPRD Jombang Sunardi.
Menurunya, kondisi seperti ini tentu merugikan petani, terlebih biaya produksi membengkak lantaran harga pupuk mahal. Sementara, jatah pupuk subsidi dari pemerintah sangat terbatas.
”Kalau pas panen harganya hancur kan kasihan petani,” bebernya.
Menurutnya, kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan begitu. Pemerintah harus melakukan langkah-langkah solutif untuk melindungi petani.
Karena itu, DPRD Jombang mendesak Bulog segera mengambil langkah mengatasi hal itu.
”Ini merupakan tren setiap kali panen raya. Seharusnya pemerintah mempunyai solusi terkait dengan anomali harga gabah,” tandasnya. (fid/naz)