Pemerintahan

Sebelum Longsor, Warga Desa Sambirejo Jombang Dianjurkan Relokasi Tapi Menolak

×

Sebelum Longsor, Warga Desa Sambirejo Jombang Dianjurkan Relokasi Tapi Menolak

Sebarkan artikel ini
PARAH: Kondisi Dukuh Banturejo Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam yang longsor kemarin.

Desakita.co – Kepala Desa Sambirejo Sungkono yang datang membantu proses pencarian korban tanah longsor menyebut, sebelum kejadian longsor, pihaknya bersama stakeholder terkait sudah menganjurkan warga yang tinggal di lokasi tersebut untuk direlokasi.

Pasalnya, dari hasil kajian yang dilakukan tim BPBD, ada sekitar 12 rumah warga di lokasi tersebut masuk kategori sangat rawan longsor.

”Sejak tahun lalu, kita sudah upayakan untuk direlokasi semua ke huntara (hunian sementara) bersama warga Sumberlamong (korban bencana tanah gerak, Red), tapi banyak yang menolak,” ungkapnya.

Sungkono menyebut, ada 12 kepala keluarga yang diproyeksikannya untuk dipindah ke lokasi yang lebih aman sebelum nantinya dibangunkan hunian tetap oleh pemerintah.

Baca Juga: Pencarian Korban Longsor Desa Sambirejo Jombang Dihentikan Sementara, Ini Penjelasan Basarnas

Namun, dari 12 orang pemilik rumah itu, ia menyebut hanya dua warga yang bersedia direlokasi.

”Cuma dua yang mau, lainnya tiba-tiba mengundurkan diri, tidak mau pindah bahkan sampai dibuatkan surat pernyataan kalau mereka tidak mau pindah,” tambahnya.

Menurut Sungkono, warga merasa lokasi rumahnya saat itu masih nyaman untuk dihuni dan ditempati.

Banyak warga juga mengaku memilih berpasrah kepada takdir Tuhan ketimbang berpindah ke lokasi yang secara kajian ilmiah lebih aman dari bencana.

”Selama ini, warga merasa masih aman dan memilih tetap di rumahnya ini, mereka merasa nasib dipasrahkan kepada Tuhan saja,” tambahnya.

Baca Juga: Kajian Lokasi Hunian Tetap Warga Terdampak Tanah Gerak di Desa Sambirejo Jombang Klir, Ini Hasilnya

Padahal, secara kajian yang telah dilakukan tim dari BPBD Jatim, lokasi tinggal 12 kepala keluarga itu termasuk dalam kawasan sangat rawan bencana. Utamanya, setelah munculnya sejumlah retakan pada tanah dan tebing di belakang rumah mereka.

”Dari kajian dan penelitian waktu itu, diketahui memang sudah ada retakan hingga 150 meter di tebing,” tambahnya.

Karena itu, meskipun tak mau pindah, pemerintah desa disebutnya tetap memberikan upaya pendekatan dan informasi kepada warga setempat, khususnya saat hujan deras dengan intensitas lama datang.

”Setiap hujan, kita sudah informasikan untuk keluar rumah, atau ada di luar, ada juga yang menumpang di rumah saudaranya biasanya,” pungkasnya. (riz/naz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *