Pemerintahan

Tanam Ulang Gagal Lagi, Petani di Desa Kedungmlati, Kecamatan Kesamben Jombang Merugi, Ini Penyebabnya

×

Tanam Ulang Gagal Lagi, Petani di Desa Kedungmlati, Kecamatan Kesamben Jombang Merugi, Ini Penyebabnya

Sebarkan artikel ini
AWET: Puluhan hektare sawah di Dusun Ingaskerep, Desa Kedungmlati, Kecamatan Kesamben masih terendam banjir.

Desakita.co – Sejumlah petani di Dusun Ingaskerep, Desa Kedungmlati, Kecamatan Kesamben merugi besar. Pasalnya, meski sudah lima kali tanam, tanaman padinya terus diterjang banjir.

Salah satunya dipicu saluran buang menuju Afvoer Watudakon yang rusak.

Sayangnya, meski sudah lama dilaporkan hingga kini tak kunjung ada penanganan dari pemilik kewenangan sungai.

Pantauan di lokasi, sawah berada di pinggir afvoer atau saluran buang Watudakon masih banjir.

Saking tingginya muka air hingga membuat tanaman padi tak terlihat lagi. ”Ini sudah hampir dua minggu belum surut,” kata Sumadi salah seorang petani, Kamis (13/2).

Samadi menjelaskan, sebelumnya ia sudah empat kali tanam namun selalu rusak terendam banjir.

Baca Juga: Penyebab Kerusakan Dam Karet Jatimlerek Jombang Akhirnya Ditemukan, Ada 2 Titik Pintu Rusak

Saat banjir surut sekitar awal Februari lalu, ia pun nekat kembali menenami lahannya untuk yang kelima kalinya. Namun, lagi-lagi banjir datang. ”Sebelumnya sempat surut, lalu banjir lagi,” bebernya.

Kondisi itu memaksa petani membiarkan lahannya terendam.

Sumadi bahkan memastikan kondisi tanaman yang masih muda itu bakal mati karena sudah terlalu lama terendam. ”Setiap tahun pasti di sini banjirnya yang paling lama,” Sumadi.

Sementara itu, Kades Kedungmlati Mariyati sawah di titik tersebut kerap jadi langganan banjir. Pihaknya pun sering dapat keluhan dari petani.

”Iya, banyak petani yang mengeluh karena khusus yang di sana itu sudah lima kali tanam,” kata Mariyati.

Dijelaskan, air yang membanjiri lahan pertanian itu merupakan luberan Afvoer Watudakon.

Meski pintu bendung tak jauh dari lokasi lahan itu sudah dibuka, air tak kunjung surut bahkan cenderung awet.

”Karena prediksi kami itu gorong-gorong yang ada di bawah (tanggul) sudah rusak, airnya tidak bisa mengalir lagi dari sawah ke sungai (Afvoer Watudakon),” imbuh dia.

Pihaknya tak bisa berbuat banyak lantaran kewenangan sungai di BBWS Brantas.

Baca Juga: Asal-usul Desa Daditunggal Kecamatan Ploso Jombang: Dulunya Ada 4 Desa, Lalu Dimerger Jadi Satu Desa

”Dulu pernah mau kita perbaiki, tetapi tidak bisa karena kewenangan sungainya ikut balai besar (BBWS Brantas).

Seumpama kita perbaiki dari DD jelas ditolak dan tidak bisa, dulu sudah pernah kami coba,” ujar Mariyati.

Karena itu, dia berharap segera ada penanganan pada saluran buang itu. ”Sudah sering kami sampaikan ke pemerintah daerah, tapi ya bagaimana. Sampai sekarang masih sama begini,” kata Mariyati.

Sebelumnya, Dinas Pertanian (Disperta) Jombang mencatat sedikitnya 521 hektare tanaman padi mengalami puso alias gagal panen.

Kepala Dinas Pertanian Jombang (Disperta) Jombang M Rony menjelaskan, seiring sudah surutnya banjir yang mengenangi areal persawahan, pihaknya terus melakukan pendataan dampak banjir ke sektor pertanian.

”Jadi, laporan kerusakan tanaman akibat banjir periode pengamatan 16-31 Januari 2025 itu, seluas 251 hektare puso (gagal papen0,” kata M Rony, Minggu (2/2).

Ia menerangkan, dari hasil pendataan periode pertengahan hingga akhir Januari, tercatat seluas 530 hektare areal sawah terendam banjir.

Dari jumlah itu, sekitar 251 hektare tanaman yang terdampak banjir mengalami puso alias gagal panen. ”Paling luas di Kecamatan Kesamben mencapai 228 hektare, menyebar di empat desa,” ungkapnya. (fid/naz)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *