Desakita.co – SDN Sumberaji 2 Kecamatan Kabuh termasuk salah satu sekolah terpencil dengan siswa paling sedikit. Guru yang mengajar harus berjuang lebih keras. Bahkan ada yang berangkat jam lima pagi.
’’Gurunya ada yang dari Ngoro, berjarak 60 kilometer,’’ kata Wahyudi, kepala SDN Sumberaji 2 Kecamatan Kabuh, kemarin.
SDN Sumberaji 2 memiliki sembilan siswa. Pengajarnya, satu kepala sekolah, lima guru, dan dua pembimbing mulok keagamaan dan pendidikan diniyah.
Baca Juga: Warganya Banyak yang Merantau, SD Negeri di Desa Ini di Jombang Terancam Tak Dapat Siswa
SDN Sumberaji 2 Kecamatan Kabuh termasuk salah satu sekolah terpencil dengan siswa paling sedikit. Guru yang mengajar harus berjuang lebih keras. Bahkan ada yang berangkat jam lima pagi.
’’Gurunya ada yang dari Ngoro, berjarak 60 kilometer,’’ kata Wahyudi, kepala SDN Sumberaji 2 Kecamatan Kabuh, kemarin.
SDN Sumberaji 2 memiliki sembilan siswa. Pengajarnya, satu kepala sekolah, lima guru, dan dua pembimbing mulok keagamaan dan pendidikan diniyah.
Wahyudi sendiri berasal dari Desa Mangunan Kecamatan Kabuh. Jarak tempuhnya sekitar 13 kilometer. Sudah dua tahun tiga bulan ia bertugas sebagai kepala sekolah. ’’Saya kepala sekolah baru,’’ ucapnya. Sebelumnya, guru di SDN Sukodadi 1 Kecamatan Kabuh.
Dua guru yang PNS dan PPPK berasal dari Kecamatan Sukorame Kabupaten Lamongan. Jarak tempuh ke sekolah 15 kilometer. Keduanya sering memangkas perjalanan dengan melintasi hutan ketika musim kemarau, karena jalan utama rusak.
Kalau musim hujan tetap lewat jalan utama, tidak bisa lewat hutan. ’’PPPK itu honorer di sini sejak 2008, baru diangkat 2022 lalu,’’ jelasnya.
Satu guru lainnya, PPPK yang baru ditugaskan di SDN Sumberaji 2 tahun 2022, berasal dari Kecamatan Ngoro. Jarak tempuh Ngoro Sumberaji lebih dari 60 kilometer. Sehingga harus berangkat lebih awal. Biasanya, guru PAI itu berangkat dari rumah pukul 05.00 WIB. ’’Kalau tidak diawali, nanti dijalan macet, sampai sekolah telat, karena beliau PP (pergi pulang),’’ terangnya.
Sementara dua guru lainnya berasal dari Desa Sumberaji. Satu guru masih honorer, dan satu guru merupakan guru agama yang diperbantukan sebagai guru kelas 1.
’’Dulu mengajar agama saja. Tapi karena sekarang sudah dapat guru agama baru, jadi guru itu membantu menjadi guru kelas 1. Tapi belum masuk dapodik,’’ tambahnya.
Baca Juga: SD Negeri di 11 Desa di Jombang Tahun Ini Bakal Direhab, Ini Rinciannya
Dua pembimbing diniyah dan pembimbing mulok keagamaan warga Sumberaji yang memiliki keilmuan dibidangnya.
’’Jalan menuju sekolah baru diperbaiki dua bulan terakhir,’’ ujarnya. Sebelumnya rusak parah, sehingga sekarang waktu tempuh menuju sekolah lebih singkat. ’’Jalannya baru dicor habis lebaran kemarin,’’ tambahnya.
Baca Juga: Jumlah Siswa Menyusut Setiap Tahun, Puluhan SD Negeri di Jombang Dimerger
Perjuangan guru untuk mengajar di wilayah pedalaman mendapatkan insentif dari Pemkab Jombang. Nilainya Rp 500 ribu per bulan. ’’Cukup tidak cukup ya harus cukup. Soalnya kami sekolah kecil, tidak bisa menganggarkan untuk SPPD (surat perintah perjalanan dinas). Kalau ada kegiatan di luar, kayak rapat KKG (kelompok kerja guru), atau mengantar siswa lomba, semuanya ditanggung pribadi. SD lain mungkin bisa, SD kami tidak,’’ bebernya. (wen/jif)