Potensi

Sembelih Kambing Kendit, Cara Desa Asemgede, Kecamatan Ngusikan Jombang Lestarikan Budaya Adat Peringatan Saparan

×

Sembelih Kambing Kendit, Cara Desa Asemgede, Kecamatan Ngusikan Jombang Lestarikan Budaya Adat Peringatan Saparan

Sebarkan artikel ini
URI-URI BUDAYA: Kepala Desa Asemgede Lastinah membaur bersama warga saat acara kenduren di pendopo kantor Desa Asemgede, Kecamatan Ngusikan, Minggu (27/7) malam.

Desakita.co – Warga Desa Asemgede, Kecamatan Ngusikan memiliki tradisi menggelar acara sembelih kambing atau wedus kendit saat peringatan saparan. Kegiatan tersebut turut didukung Pemerintah Desa (Pemdes) Asemgede sebagai bentuk komitmen mereka melestarikan budaya leluhur yang telah ada secara turun-temurun.

Saparan merupakan salah satu tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa, dengan ciri khas setiap daerah masing-masing dengan proses yang berbeda. Saparan berasal dari kata Shafar yaitu nama bulan dalam kalender Jawa. Bulan Safar dalam penanggalan Islam merupakan bulan kedua dalam kalender Hijriyah. Bulan ini diyakini oleh sebagai besar masyarakat memiliki keunikan yang sarat akan berbagai mitos. Tradisi saparan sebagai wujud rasa syukur serta mengharap keberkahan dan rezeki, serta jauh dari malapetaka.

Kepala Desa Asemgede Lastinah mengatakan, budaya saparan telah mengakar kuat dalam budaya warga desanya. ”Warga kami rutin menggelar acara sembelih kambing atau wedus kendit saat acara saparan karena diyakini sebagai penolak bala,” terangnya.

Kambing atau wedus kendit merupakan kambing berbulu hitam, dengan corak putih di tubuh bagian tengah tanpa terputus. Kambing dengan corak seperti ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual yang kuat sebagai penolak bala. ”Dahulu untuk pembelian kambing dilakukan oleh kepala desa, namun sejak tahun ini ada inisiasi oleh ibu-ibu TP-PKK Desa Asemgede untuk melakukan jimpitan suka rela agar warga juga dapat berpastisipasi,” tambah Lastinah.

Kambing yang telah disembelih, kepalanya akan dikubur di perempatan jalan desa. Keempat kakinya yang telah dipotong akan dibungkus menggunkan lulang atau kulitnya, dan dikubur di empat penjuru desa. Sedangkan dagingnya akan dimasak dan disajikan saat acara kenduren pada malam harinya di kantor desa setempat.

Ritual penyembelihan kambing kendit saat peringatan saparan di Desa Asemgede tidak hanya merupakan tradisi turun-temurun, tetapi juga memiliki makna spiritual dan nilai-nilai sosial yang kuat dalam kehidupan masyarakat setempat. ”Selain wujud komitmen kami dalam upaya sebagai pelestarian budaya leluhur, tradisi ini juga mencerminkan kehidupan guyub rukun warga kami dalam kehidupan bermasyarakat,” pungkas Lastinah. (dwi/naz)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *