Potensi

Miliki Harga Jual Tinggi, Petani di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam Banyak Bertanam Kakao

×

Miliki Harga Jual Tinggi, Petani di Desa Jarak Kecamatan Wonosalam Banyak Bertanam Kakao

Sebarkan artikel ini
DIRAWAT: Warga Dusun Jarak Krajan, Desa Jarak Kecamatan Wonosalam merawat tanaman kakao di kebunnya, Rabu (21/2).

Desakita.co – Kecamatan Wonosalam kaya akan potensi alamnya. Salah satu komoditas unggulan Wonosalam yang banyak dibudidayakan warga, yakni kakao.

Budi daya kakao sendiri, tersebar merata di wilayah lereng kaki Gunung Anjasmoro ini.

Salah satu pembudi daya buah kakao, yakni Jediono, 48, Warga Dusun Jarak Krajan, Desa Jarak, Kecamatan Wonosalam.

Di kebun seluas 1 hektare miliknya, ia memiliki ratusan pohon kakao. Dari ratusan pohon itu, saat ini ada kisaran 50 pohon yang berbuah musim ini.

”Kakao adalah tanaman yang luar biasa. Petani di sini kebanyakan bertahan membudidayakan kakao karena harga jualnya cukup mahal,” ujar dia kepada Jawa Pos Radar Jombang.

Agar bisa berbuah maksimal, tanaman kakao tidak cukup hanya diberikan pupuk dan disiram air secara rutin.

Namun, harus juga dilakukan pruning atau pemangkasan dahan serta penyemprotan agar bebas dari hama. ”Memang butuh perawatan dan pemeliharaan lebih. Kalau tidak begitu, tidak bisa maksimal,’’ jelas dia.

Meski sudah menjadi petani kakao bertahun-tahun, Jediono mengaku masih sering menemui kegagalan dalam budi daya kakao.

Misalnya, tahun lalu sebanyak 150 pohon kakao miliknya mati lantaran terkena penyakit jamur. ”Akhirnya saya tebangi karena sudah tidak lagi produktif,” terangnya.

Menurut dia, tanaman kakao kurang cocok jika ditanam dengan sistem tumpang sari.

Sebab, hal itu akan mempengaruhi produktivitas buah yang dihasilkan. ”Kalau tumbuh bisa saja. Tapi hasil buahnya kurang optimal,’’ jelas dia

Sebagai bahan dasar pembuatan coklat, harga kakao di pasaran masih terbilang cukup tinggi. Per kilogramnya, kini dijual Rp 48.000.

”Rata-rata kami jual kering. Kalau dijual basah sama kulitnya kurang laku,’’ ujar Jediono, 48, pembudi daya kakao.

Dijelaskan, harga kakao kering per kilogramnya saat ini masih tetap stabil sejak tahun lalu. Mulai Rp 45-48.000 per kilogram tergantung kualitas.

”Itu harga kering hasil penjemuran sendiri,’’ papar dia.

Menurutnya, pemasaran kakao tak begitu sulit. Pasalnya, banyak pengepul yang siap mengambil.

”Pemasaran ada di sekitar Wonosalam. Kemudian ada juga tengkulak dari Kediri dan Blitar yang ambil ke rumah,’’ pungkasnya. (ang/naz/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *