Potensi

Keripik Gadung Asal Desa Made Jombang (1): Resep Turun-Temurun, Cari Bahannya Sampai di Hutan Bojonegoro

×

Keripik Gadung Asal Desa Made Jombang (1): Resep Turun-Temurun, Cari Bahannya Sampai di Hutan Bojonegoro

Sebarkan artikel ini
GURIH: Produsen keripik gadung asal Desa Made, Kecamatan Kudu menunjukkan hasil pembuatannya, Minggu (3/12).

Desakita.co – Keripik gadung dikenal memiliki rasa yang gurih dan renyah.

Tak ayal camilan ini banyak digemari.

Di Kabupaten Jombang, salah satu sentra pembuatan keripik gadung bisa ditemukan di Dusun/Desa Made, Kecamatan Kudu.

Ada belasan hingga puluhan warga yang menekuni pembuatan camilan tradisional ini.

Uniknya, bahan baku umbi gadung mereka dapat dari hutan liar.

Supiyatun, salah satu pembuat keripik gadung menerangkan, pembuatan keripik gadung dui Dusun Made sudah dilakukan sejak era kakek-neneknya dulu.

Bedanya, kala itu keripik gadung tidak untuk dijual namun dikonsumsi sendiri.

”Baru 15 tahun terakhir banyak yang buat untuk dijual,” tutur wanita yang kini berusia 52 tahun.

Bahan baku umbi gadung tidak diperoleh dari pasar atau pekarangan rumah melainkan mencari dari hutan liar.

”Jadi, tidak beli ke tengkulak, rata-rata warga di sini nyari di hutan liar Bojonegoro,” tutur dia.

Karena harus menempuh medan yang terjal dan jarak yang jauh, biasanya saat masuk ke hutan mencari bahan baku, warga janjian.

Sebab, kalau masuk hutan sendiri juga terlalu berisiko. ”Sekali berangkat itu kadang ada 10-15 orang,” imbuhnya.

Proses pembuatan keripik gadung memang membutuhkan waktu relatif panjang.

Biasanya, warga membuat keripik ini saat musim kemarau.

Sebab, penjemuran mengandalkan terik matahari. ”Setahun hanya buat sekali, pas musim kemarau saja,” kata Supiyatun.

Pembuatan keripik gadung tidak terlalu sulit namun juga tidak mudah.

Dimulai dari bahan umbi gadung dikupas sampai bersih.

Setelahnya, masing-masing bulatan umbi gadung yang sudah dikupas diiris tipis-tipis.

Bisa juga menggunakan alat agar lebih cepat.

”Setelah itu dikasih abu bayam, jadi bukan abu sembarangan karena untuk menghilangkan racun,” tutur dia.

Setelah tahapan itu rampung, dilanjut umbi gadung yang sudah dalam bentuk irisan tipis-tipis dijemur di bawah terik matahari.

Penjemuran tahap pertama biasanya membutuhkan waktu sehari.

”Setelah itu dimasukkan ke dalam air dan direndam selama dua hari dua malam, sambil dicuci bersih warnanya jadi putih dan tidak berbusa,” lanjut Supiyatun.

Tahap selanjutnya, dibersihkan kemudian direbus selama 10 menit dengan menggunakan api besar.

”Baru dijemur lagi selama dua hari supaya keripik lebih awet. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam plastik,” tutur dia.

Diakui, produksi keripik gadung hanya dilakukan setahun sekali karena keterbatasan bahan baku.

Umbi gadung lebih mudah didapat saat musim kemarau.

”Kalau musim hujan begini akses ke hutannya sulit, lalu umbi gadung biasanya juga masih muda dan daunnya masih lebat,” lanjut Supiyatun.

Karena itu, produksi keripik tergantung bahan baku umbi gadung yang didapat.

Namun, rata-rata biasanya dalam sekali produksi hingga 2 kuintal gadung.

”Perkiraan jadi keripik antara 27-28 kilogram. Seperti ini, dikemas dalam plastik. Di atasnya ditutup supaya tidak kena tampias air, biar awet,” imbuh Supiyatin sembari menunjukkan stok keripik gadung di rumahnya. (fid/naz/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *