Desakita.co – Pasar Barongan Kaligunting menjadi ikon baru Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung, selain cor kuningan yang sudah terkenal.
Tak hanya meningkatkan ekonomi warga sekitar, Pasar Barongan juga menggandeng lembaga pendidikan sekitar.
”Kini kita membangun kolaborasi dengan lembaga pendidikan, kami ingin memberi wadah kepada siswa untuk menerapkan program P5 yang diterapkan di sekolah,” kata Nanang Sugiarto Kepala Desa Mojotrisno, kemarin.
Sekolah yang telah bergabung itu meliputi SDN Mojotrisno, SMPN 1 Mojoagung dan SMK PGRI Mojoagung.
Penampilannya juga beragam, mulai tari dari SDN Mojotrisno, grup band hingga gamelan dari SMPN 1 Mojoagung. Semua tampilan itu bisa disaksikan seluruh masyarakat secara gratis.
Siswa juga dapat belajar tentang pengolahan pupuk kompos di Pasar Barongan.
SMK PGRI Mojoagung juga membuka lapak untuk berjualan bubur kacang ijo.
Pasar Barongan Kali Gunting buka dua kali dalam sebulan, yaitu minggu pertama dan minggu ketiga.
Ada 22 lapak pedagang makanan dan 6 lapak kerajinan yang buka mulai malam minggu hingga hari Minggu.
Mengusung konsep tradisional dan ramah lingkungan, para pedagang menjual aneka jajanan tradisional.
Untuk makanan berat seperti nasi pecel, gudeg, nasi jagung dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk jajajan ada klanting, klepon, sawut, dan lain sebagainya.
Kemasannya tidak boleh menggunakan plastik dan tidak boleh menggunakan pengawet.
Pewarna yang digunakan juga harus alami.
Semisal hijau maka menggunakan pandan, jika ungu menggunakan bunga telang, dan jika merah menggunakan buah naga.
”Yang jualan 80 persen warga Mojotrisno, 20 persen masyarakat luar, biasanya jual kerajinan,” jelasnya.
Ia menyampaikan, sebelumnya Desa Mojotrisno dikenal dengan perajin cor kuningan, kini ada Pasar Barongan sebagai ikon baru.
”Pasar Barongan menjadi bagian dari cara pemberdayaan ekonomi masyarakat,” tegas dia.
Terbukti, pengunjung yang datang tidak hanya dari warga Jombang, tapi ada yang dari Gresik dan Kabupaten mojokerto.
Jargon Pasar Barongan Kali Gunting Desa Wisata Maringi Tresno, dibuat karena konon jadi salah satu saksi sejarah dua insan saling jatuh cinta yang dipertemukan di Kali Gunting.
”Cerita itu dari sejarawan Jombang yang menceritakan langsung, jadi harapannya orang yang datang ke sini muncul rasa cinta dan kembali lagi datang ke Mojotrisno,” pungkas Nanang. (wen/bin/ang)