Desakita.co – Kecamatan Wonosalam dikenal sebagai daerah penghasil komoditas pertanian unggulan.
Salah satu yang terkenal, yakni komoditas kopi an durian.
Selain itu, banyak komoditas pertanian lain yang dikembangkan petani di lereng Gunung Anjasmoro ini.
Salah satunya buah pala.
Salah satu petani yang sukses membudidayakan tanaman pala, yakni Wartoyo, 61.
Pria asal Dusun Anjasmoro, Desa Jarak, Kecamatan Wonosalam memiliki sedikitnya 250 pohon buah pala dengan nama latin myristica fragrans yang di kebunnya.
”Saya mulai membudidayakan buah pala sejak 1993,” kata Wartoyo saat ditemui Jawa Pos Radar Jombang di kebunnya (30/8).
Awalnya, ia hanya menanam beberapa pohon di kebunnya.
Seiring perjalanan waktu, ia terus mengembangkan tanaman pala hingga sekarang memiliki ratusan pohon yang tersebar di lahan seluas 2 haktare.
”Kini sudah ada sekitar 250 pohon,” imbuhnya.
Dari jumlah itu, hanya sekitar 50 pohon yang produktif.
”Tanaman buah pala adalah jenis tanaman rempah yang mudah hidup sehingga dapat kita tanam dengan model tumpang sari,” ujar dia.
Tanaman pala yang ditanam Wartoyo, paling tua berusia sekitar 30 tahun.
Tinggi pohonnya sekitar 15 meter dan buahnya tumbuh lebat.
Buah pala juga tidak mengenal musim.
Artinya, sepanjang tanaman dirawat dengan baik dan benar maka akan berbuah sepanjang tahun.
”Perawatan cukup mudah. Untuk penyiraman kita siram seperlunya, sedangkan pemupukan kita berikan dengan pupuk kompos,’’ tambahnya.
Dalam sekali panen, Wartoyo bisa mendapatkan hasil mencapai 1 kuintal buah pala basah.
Sebelum dijual buah pala terlebih dulu dikupas dan dipisah dari kulit luar, kulit merah, dan bijinya.
Sebab, mulai biji hingga kulitnya memiliki nilai jual tinggi. ”Ya, semuanya laku dijual,’’ terangnya.
Harga kulit luar dibanderol Rp 5.000 per kilogram (kg) dari petani, untuk kulit merah bagian dalam harganya lebih mahal mulai Rp 150 ribu- Rp 170 ribu per kg.
Sedangkan untuk biji pala Rp 45 ribu per kg dengan kondisi kering.
”Setiap bulan bisa panen, alhamdulillah jika hasilnya banyak omzet bisa sampai Rp 3-4 juta,’’ papar dia.
Buah pala memang tidak bisa dimakan secara langsung. Buah ini, harus diolah dulu sebelum dikonsumsi.
Kulit luar bisa dijadikan bahan manisan.
Dan biji serta isi dan kulit merah bisa dijadikan jamu dan bumbu masakan.
Dijelaskan, buah pala memiliki sejuta manfaat untuk kesehatan.
Selain untuk manisan, buah pala yang telah diolah bisa berkasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga kesehatan jantung, mengontrol kadar gula darah.
“Banyak manfaatnya, makanya ini dijual untuk diolah ke pabrik,” pungkasnya.
Buah pala juga disebut memiliki akar yang kuat. Untuk itu, beberapa petani setempat banyak yang menanam di lahan kritis.
”Jadi akarnya itu kuat untuk mengikat tanah,’’ jelas dia.
Harga jual buah pala kering juga cukup menjanjikan.
Biji pala kering berkisar mulai Rp 45 ribu sedangkan untuk kulit merah mulai Rp 150 ribu – Rp 170 ribu.
”Harganya lumayan tinggi memang,’’ pungkasnya. (ang/naz/ang)