Desakita.co – Gurih dan renyah, itulah kesan pertama mencicipi keripik kulit ikan patin buatan Devi Susanti, warga Dusun Kalianyar, Desa/Kecamatan Jogoroto. Dia mampu meraup pundi-pundi rupiah dari hasil memproduksi camilan ini.
Devi mulai menggeluti usaha keripik kulit ikan patin sejak lima tahun terakhir. Maklum, itu karena ayah dan suaminya merupakan pembudidaya ikan patin.
”Kemudian ada sebuah kelompok yang memberikan pembinaan olahan berbahan dasar ikan, jadi saya memilih untuk membuat kulit keripik ikan patin ini,” ujar Devi disela-sela kesibukannya membuat keripik kulit ikan patin.
Untuk proses pembuatan keripik kulit ikan patin ini juga tidak terlalu sulit. Pertama kulit ikan patin dipisahkan dari daging.
”Kemudian direndam dengan garam kasar. Sekaligus menghilangkan sisa-sisa daging yang masih menempel dikulitnya,” ungkapnya.
Untuk menghilangkan bau amis, kulit ikan patin kemudian direndam dalam air yang sudah dicampur dengan jeruk nipis.
”Ini untuk menghilangkan bau ikan. Jadi tidak amis lagi,” bebernya.
Selanjutnya, kulit ikan direndam dengan bumbu rahasia racikan wanita berusia 41 tahun ini.
”Langsung dimasukkan ke dalam bumbu yang sudah kita olah. Setelah itu langsung digoreng,” katanya.
Untuk proses penggorengan, tidak asal goreng begitu saja. Sebab, proses penggorengan dilakukan hingga dua kali. Sehingga, keripik menjadi lebih renyah dan tahan lama.
”Penggorengan harus dua kali, pertama untuk mengeringkan, kemudian di inapkan terlebih dahulu selama 24 jam kemudian goreng lagi untuk proses pemekaran keripik,” ujarnya.
Membludaknya pesanan membuat usaha keripik kulit ikan patin milik Devi ini tak pernah sepi. Dalam sehari, mampu memproduksi sebanyak 25 toples berukuran 150 gram.
”Sehari bisa produksi 5 kilogram kulit ikan patin,” pungkasnya.
Jadi Oleh-Oleh, Pesanan hingga Luar Kota
SEMENTARA itu, keripik kulit ikan patin buatan Devi Susanti sudah cukup dikenal banyak masyarakat karena cita rasa yang gurih dan renyah. Bahkan, keripik buatannya kerap menjadi oleh-oleh dan seringkali dipesan hingga luar kota.
Devi Susanti mengatakan, untuk penjualan biasanya melalui online. Tidak hanya dari Jombang, pemesan keripik buatannya juga dari luar kota.
”Penjualan paling jauh ke Yogyakarta, Bandung. Dari Surabaya juga banyak,” katanya.
Tidak hanya melalui online saja, Devi juga sering menitipkan hasil produksinya di toko-toko. Sehingga banyak masyarakat yang membeli untuk dijadikan oleh-oleh. ”Saya titipkan ke toko-toko terdekat. Alhamdullilah banyak peminatnya,” ungkapnya.
Devi juga mengemas keripiknya dengan baik. Ada dua kemasan yakni kemasan toples dan juga kemasan plastik yang berukuran 45 gram hingga 90 gram.
”Harganya variatif, 90 gram Rp15 ribu, kemasan 150 gram Rp25 ribu, kemasan 45 gram Rp 12 ribu,” kata dia.
Dari hasil jualan keripik dirinya mampu meraih omzet hingga jutaan rupiah setiap bulannya. ”Alhamdullilah penghasilannya juga lumayan antara Rp 6 juta hingga Rp 8 juta per bulan,” pungkas Devi. (yan/fid)