Potensi

Keren! Kerajinan Bambu Asal Wonosalam Jombang Tembus Mancanegara, Begini Ceritanya

×

Keren! Kerajinan Bambu Asal Wonosalam Jombang Tembus Mancanegara, Begini Ceritanya

Sebarkan artikel ini
TRADISIONAL: Widodo, 36, warga Dusun Pucangrejo, Desa/Kecamatan Wonosalam menyelesaikan kerajinan alat dapur kemarin.

Desakita.co – Masyarakat Wonosalam Jombang semakin kreatif mengolah hasil bumi.

Salah Satunya, Widodo, 36, warga Dusun Pucangrejo, Desa/Kecamatan Wonosalam berhasil mengolah kayu dan bambu menjadi aneka kerajinan tangan.

Sejumlah produk kerajinan tangan hasil buatannya, di antaranya sendok, garpu, centong, gelas juga sedotan.

Semuanya dibuat dari kayu dan bambu.

”Saya mulai produksi kerajinan ini tahun 2005. Sekarang semakin berkembang,” terangnya saat ditemui Jawa Pos Radar Jombang di rumahnya.

Widodo awalnya terinspirasi membuat aneka kerajinan berbahan kayu dan bambu saat melihat pusat sentra kerajinan di tempat wisata yang ia kunjungi.

”Saya belajar otodidak, terinspirasi dari kerajinan yang ada di Bali,’’ ujar mantan sopir bus pariwisata.

Diawal merintis usaha, ia mengaku cukup keteteran.

Namun, seiring keterampilannya semakin terasah, produk-produknya pun mulai banyak dilirik konsumen.

Bahkan pelanggannya tidak hanya dari Jombang, namun sudah luar Jawa bahkan luar negeri.

”Pernah juga kirim ke Yogyakarta hingga Bali,” imbuhnya.

Terkait kebutuhan bahan baku, ia mengaku tak pernah bingung.

Pasalnya, di wilayahnya ketersediaan bambu dan kayu melimpah.

Ada dua jenis bambu yang ia gunakan.

Masing-masing bambu betung dan bambu ori.

Sedangkan, untuk kerajinan kayu, ia memilih kayu jati.

”Dua bambu yang saya gunakan memiliki karakter masing-masing.

Kalau bambu ori itu hasil kerajinan cenderung menghasilkan warna putih bersih.

Sedangkan bambu betung mempunyai tekstur yang kuat sehingga bahannya lebih awet,” jelas dia.

Bahan baku ia membeli dari petani di lingkungan tempat tinggalnya.

Harganya terjangkau. ”Kebetulan bambu dan kayu di Wonosalam memiliki kualitas yang sangat bagus,”  jelas dia.

Dalam membuat kerajinan itu, ada beberapa proses yang dilalui.

Misalnya memotong bambu dan kayu sesuai ukuran.

Kemudian, potongan bambu dan kayu dibentuk sesuai pola dan dihaluskan.

Ada juga proses penjemuran untuk menurunkan kadar air dalam kayu dan bambu.

”Setiap benda kerajinan juga memiliki proses tersendiri,’’ jelas dia.

Harga yang ditawarkan untuk setiap produk kerajinan beragam.

Misalnya, sedotan dari bambu Rp 10 ribu per kodi, sendok, garpu berbahan bambu Rp 10 ribu per set dan Rp 8 ribu untuk bahan kayu.

Sedangkan botol minuman berbahan bambu Rp 8 – Rp 20 ribu .

”Ada juga centong mulai Rp 17.500 berbahan bambu dan Rp 11 ribu untuk bahan kayu,’’ tandasnya.

PRODUK kerajinan tangan berbahan bambu dan kayu Wonosalam memiliki prospek menjanjikan.

Tidak hanya di dalam negeri, produk kerajinan ramah lingkungan ini juga banyak diburu pelanggan dari mancanegara.

”Permintaan eskpor ke Eropa cukup tinggi. Sebelum pandemi Covid-19, saya pernah melayani permintaan 100 ribu set ke Jerman,’’ ujar Widodo, 36, perajin asal Dusun Pucangrejo.

Namun, lanjutnya, akibat pandemi Covid-19, usahanya sempat vakum. ”Saat ini mulai perlahan menyelesaikan pesanan pelanggan,’’ tambahnya.

Selain Jerman, produk kerajinan tangan bapak lima anak ini juga banyak dilirik pelanggan dari berbagai negera lainnya.

Di antaranya Tiongkok, Jepang dan Belanda.

”Karena di negara-negara tersebut sudah banyak yang beralih ke produk organik dan mulai meninggalkan bahan plastik yang tidak ramah lingkungan,’’ jelas dia.

Selama ini, kendala yang dihadapi Widodo adalah modal.

Ia belum bisa membuat banyak stok karena tak memiliki modal cukup.

”Jadi selama ini rata-rata membuat sesuai pesanan,’’ pungkasnya. (ang/naz/ang)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *