Uncategorized

Bikin Bangga! Ini Perjuangan Ibu Asal Desa Banjarsari Jombang Sukses Antarkan 6 Anaknya Hingga Kuliah, Punya Jabatan Tinggi

×

Bikin Bangga! Ini Perjuangan Ibu Asal Desa Banjarsari Jombang Sukses Antarkan 6 Anaknya Hingga Kuliah, Punya Jabatan Tinggi

Sebarkan artikel ini
Moenawaroh Muslimin foto bersama anak dan cucunya.

Desakita.co – Jika ada anak yang sukses, maka di belakangnya ada sosok ibu luar biasa.

Gambaran ini pas disematkan untuk Moenawaroh Muslimin, 80, warga Desa Banjarsari, Kecamatan Bandarkedungmulyo.

Ke-6 anak-anaknya berpendidikan tinggi dan sukses dengan jabatan parlente.

Diusia 80, kondisi Moenawaroh sudah tak sebugar dulu.

Tubuhnya renta, kulitnya keriput. Saat berjalan pun harus pelan-pelan.

Sebagai warga biasa dengan status janda enam anak, tak ada pikiran sedikitpun untuk menikah lagi, begitu ditinggal suami tercinta Muslimin, 1985 silam.

Dalam benaknya, harus bisa menuntaskan pendidikan anak-anaknya.

Meski begitu, dia masih mempunyai ingatan kuat untuk berbagi cerita inspiratif.

Terutama perjalanan sekolah dan karir ke-6 anak-anaknya.

Semua berpendidikan tinggi dengan jabatan yang tak bisa dianggap remeh.

Nenek 16 cucu yang terdiri 12 laki dan 4 perempuan ini seorang pensiunan guru di MTs Al Asy’ariyah Banjarsari Bandarkedungmulyo.

Dia menikah dengan H Muslimin 1965 lalu.

Setahun kemudian melahirkan anak pertama, Brigjend Pol dr H Hisbulloh Huda yang saat ini menjabat  Karo Kespol Pusdokkes Polri.

Tiga tahun kemudian, 1968, dikarunia anak kedua Dr Ir Hj Emmy Hamidah yang saat ini mengajar sebagai Dosen LLDIKTI 7 Surabaya DPK di Unisda Lamongan.

Salah satu cucu dari anak keduanya ini juga sudah menjadi aparatur sipil negara (ASN) yang sekarang bertugas di Kantor Bea dan Cukai Morowali Sulawesi Tengah.

”Kalau anak ketiga Kol. Arh Agus Syahruddin SPSi, MPsi yang saat ini menjabat sebagai Kepala Psikologi BAIS TNI,” bebernya.

Begitu juga anak ke-4 yang lahir 1973, H Abdulloh Badrudiin SE kini menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Jamkrida Jatim (Perseroda) Pemprov Jawa Timur.

Selanjutnya, anak ke-5 Yuni Rahmawati SE, MM juga tak bisa dianggap remeh.

Kini, ia menjabat Kaurmimtu Subbagrenmin Bidkeu Polda Jatim.

Bahkan anak ke-6 Letkol Laut dr H Abdul Haris Sp.BS menjabat sebagai Kasubditkes TNI AL.

Semua anak-anaknya sukses berpendidikan dan berkarir diyakini dididik hidup sederhana sejak kecil.

”Itu yang mengajarkan almarhum suami. Semua diajarkan hidup untuk sederhana,” bebernya.

Selama mengasuh anak-anaknya, Moenawaroh tak pernah sekalipun memaksa anak-anaknya mengambil pendidikan apa.

”Yang penting belajar dan mengambil. Saya hanya mendukung dan memfasilitasi,” kata perempuan kelahiran 11 Juli 1944 ini.

Tak hanya itu, dia juga selalu mendoakan anak-anaknya agar menjadi orang berguna bagi masyarakat dan sukses lahir batin. Setiap selesai salat fardu, ia selalu mengirim bacaan Fatihah khusus enam kali untuk enak anaknya.

Fatihah itu dibaca istikomah sampai sekarang.

”Setiap kali ujian saya juga mendoakan, agar dilancarkan dan dimudahkan semua urusannya.

Teringat perkataan suami bahwa doa ibu yang paling mujarab,” lanjutnya.

Selain itu, tawadu dengan suami. Termasuk mengirim makanan kepada ibu mertua setiap hari dengan menu yang sama di rumah. Mengirim makanan itu dilakukannya sendiri.

Karena itu hal tersulit dalam hidupnya, saat ditinggal suami tercinta 1985 silam.

Moenawaroh harus berjuang sendiri untuk membesarkan dan membiayai kuliah ke empat anaknya.

”Saat ditinggal bapak, anak pertama dan kedua Alhamdullilah sudah lulus. Sehingga biaya kuliah juga dibantu mereka,” beber dia.

Meski begitu, dirinya tidak mau terpuruk dengan keadaan.

Ia tetap semangat berjuang untuk masa depan buah hatinya yang cemerlang.

”Alhamdullilah berkat patuh terhadap suami, ganjarannya sekarang membuat anak-anak sukses,” tegasnya.

Salah seorang anaknya Emmy Hamidah, mengaku ada sikap keteladan sang ibu yang dicontohnya sampai sekarang.

Yakni  tawaduk terhadap bapak. Salah satu ajaran bapaknya adalah mengirim makanan untuk ibu setiap hari dengan jenis masakan yang sama di rumah.

“Ibu mengirim makanan dengan sepeda ontel setiap hari, jika lupa, bapak nggak mau makan dulu sebelum ibu kirim makanan. Dan itu dilakukan sampai ibu mertua meninggal dunia,” kenang ibu tiga anak ini. (bin/ang)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *