Desakita.co – Ketupat menjadi makanan khas saat Lebaran di Kabupaten Jombang.
Makanan tradisional berbahan dasar beras yang dibungkus menggunakan anyaman janur atau daun kelapa muda seolah menjadi menu wajib saat perayaan Riyoyo Kupat atau hari kedelapan Idul Fitri.
Hal menjadi berkah bagi penjual selongsong ketupat.
Salah satunya dirasakan Siti Sulastri, 47, salah satu penjual selongsong ketupat musiman di Pasar Citra Niaga.
Perempuan yang setiap hari berjualan daging ayam broiler ini memanfaatkan momentum Lebaran untuk berjualan selongsong ketupat.
Pemasukan yang didapat lumayan. Dalam sehari, penjual ketupat di Pasar Citra Niaga memperoleh pendapatan bersih hingga ratusan ribu rupiah.
”Sehari bisa bawa pendapatan bersih Rp 300 ribu,” ungkap Sulastri, Sabtu (13/4).
Sulastri ini mengaku sudah beberapa tahun menjadi penjual selongsong ketupat. Itu dilakukan pada Ramadan hingga Lebaran.
”Kalau ketupat ini hanya Lebaran saja, kalau setiap harinya pedagang ayam broiler. Ini juga saya sambi berjualan ayam,” katanya.
Sebelum Lebaran, Sulastri membawa sedikitnya 100 ikat selongsong ketupat. Tiap ikat ada 10 biji.
Dari penjualan tiap ikat selongsong ketupat itu, ia mengambil laba Rp .2000. ”Satu ikat dijual Rp 10 ribu, paling sepi bawa uang Rp 100 ribu.
Pada H-1 Lebaran mulai menambah barang dagangan jadi 300 ikat,” katanya.
Untuk H+2 Lebaran kemarin Jumat (12/4), dagangannya selalu ludes terjual. Ia memprediksi penjualan selongsong ketupat akan terus ramai hingga H+5 Lebaran.
Pasalnya, selain praktis, harga jual selongsong ketupat juga sangat terjangkau. ”Ramai-ramainya bisa bawa 500 ikat ketupat,” ungkapnya.
Tidak hanya menjual ketupat dalam bentuk jadi, dirinya juga menjual daun kelapa muda atau biasa dikenal dengan sebutan janur.
Setiap ikat janur ada 10 lembar daun dan dijual dengan harga Rp 8.000.
Pembelian janur lebih sedikit dibanding ketupat, karena menduga sudah banyak warga yang lupa cara membuat merangkai janur menjadi ketupat.
”Sekarang jarang yang bisa membuat ketupat, pasti beli yang sudah jadi,” katanya.
Salah satu pembeli ketupat, Anita, 38, mengaku lebih memilih ketupat jadi daripada janur. Meski harga janur lebih murah, ia masih harus merangkai menjadi ketupat.
”Masih lama prosesnya, jadi beli yang simpel saja, ketupat jadi,” pungkasnya.(yan/naz/ang)