Asal-Usul

Asal-Usul Pembangunan Pendopo Kabupaten Jombang (1): Butuh Waktu Tiga Tahun, Ditempati Bupati Pertama

×

Asal-Usul Pembangunan Pendopo Kabupaten Jombang (1): Butuh Waktu Tiga Tahun, Ditempati Bupati Pertama

Sebarkan artikel ini
Pendopo Kabupaten Jombang (saat ini).

Desakita.co – Pembangunan Pendopo Kabupaten Jombang ternyata membutuhkan waktu cukup lama.

Data yang dihimpun dari surat kabar De Indische Courant edisi Jumat, 3 Januari 1936, terekam proses pembangunan Pendopo Kabupaten Jombang sebagai kediaman resmi Regent/Bupati Jombang yang memakan waktu tiga tahun sebelum siap ditempati.

Sebelum 1881, Jombang masih merupakan bagian afdeeling yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Mojokerto.

Kemudian mulai 20 Maret 1881, Jombang menjadi sebuah wilayah otonomi mandiri (zelfstandige afdeeling) yang dipimpin oleh seorang Asisten Residen (AR) dan patih.

Patih Jombang bertanggung jawab pada Regent/Bupati Mojokerto.

Jabatan patih diemban Raden Pandji Tjondrowinoto, yang setahun kemudian karena prestasinya diangkat menjadi Bupati Sidoarjo pada 1882.

Sekitar 1883, R. Setjonegoro (nama asli Bupati Jombang pertama) mengawali kariernya dengan magang bekerja di kantor asisten residen Jombang, pimpinan CM Ketting Olivier.

Saat itu hanya ada tiga perkebunan (onderneming) gula atau perusahaan gula di sini, yaitu SF Djombang, SF Soekodono Mojoagung dan SF Ponen, di Ploso.

Tahun 1890, R. Setjonegoro diangkat menjadi juru tulis jaksa di Sidajoe (Sedayu), kemudian menjadi adjun-djaksa di Sidajoe setahun kemudian dengan penempatan di Babat Lamongan.

Tiga tahun kemudian R. Setjonegoro menggantikan ayahnya sebagai Bupati Sidajoe, karena saudara-saudaranya yang lain dianggap tidak layak oleh pemerintah Hindia Belanda.

Atas permintaan ayahnya serta persetujuan Gubernur Jendral, serta berdasarkan Bijblad No. 66 dan mempertimbangkan dia adalah keturunannya, maka berhak memakai gelar “Ario”. R. Setjonegoro berganti nama menjadi RTA (Raden Toemenggoeng Ario) Soeroadiningrat.

Pada 1908 atas keputusan Gubenrnur Jendral, ia dianugerahi predikat “Adipati” sebagai tanda penghargaan atas jasa-jasanya di wilayah Regenstchap Sidajoe.

Akibat dihapuskannya Kabupaten Sidajoe serta diturunkan statusnya sebagai sebuah district bagian Kabupaten Lamongan, ia dipindahkan ke Jombang yang telah mandiri penuh dan naik status menjadi sebuah regentschap/kabupaten.

Tepat 1 Desember 1910, Raden Toemenggoeng Ario Soeroadiningrat dilantik secara resmi sebagai Regent/Bupati Jombang, namun belum ada kediaman resmi bupati pada saat itu.

Bupati untuk sementara tinggal di beberapa kamar pada Hotel Paviljoen. Kemudian pernah pindah dan tinggal di rumah dokter Reekers.

Tetapi rumah ini juga tidak cocok untuk seorang bupati. Sedikit lebih jauh ke bagian utara kota, ia menyewa beberapa kamar di Hotel De Bromo.

Akhirnya perpindahan dari rumah ke rumah ini berakhir ketika pendopo kabupaten di timur Alun-alun selesai pembangunannya 1913.

Bupati pindah ke rumah dinas baru ini ditandai dengan perayaan disertai selamatan yang besar dan meriah.

“Pendopo Kabupaten Jombang pertama kali ditempati Raden Toemenggoeng Ario Soeroadiningrat yang juga bupati Jombang pertama,” ujar Moch. Faisol, penelusur sejarah Jombang. (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *