Desakita.co – Pembangunan Pendopo Kabupaten Jombang dilakukan pemerintah Hindia Belanda.
Hal itu disampaikan Tjahjana Indra Kusuma, pemerhati sejarah dan cagar budaya, pembangunan Regentswoning te Djombang (kediaman Regent/Bupati dan Pendopo Kabupaten Jombang) dianggarkan pemerintah Hindia Belanda dengan biaya sebesar NLG 54.060,- (Nederland Gulden atau florin).
Memakai sistem ‘multiyears’ atau bertahap selama tiga tahun.
Pembangunan awal dilakukan selama enam bulan berjalan pada tahun 1911, dengan anggaran terpakai dan tersedia senilai NLG 17.399,-.
”Biaya pembangunan ditetapkan keputusan pemerintah pada tanggal 13 Juli 1911,” katanya.
Dari total anggaran itu, senilai NLG 17.399 digunakan dan dilaporkan pada tiap tahunnya.
Yang dikerjakan pada tahun pertama ini meliputi pembangunan dinding bangunan utama dan bangunan luar.
Keduanya dibangun setinggi perencanaan dan desain pelat dinding.
Desain kompleks kediaman Bupati Jombang terdiri dari beberapa bagian.
Seperti terlihat dari foto udara akhir bulan Desember 1948. Sebelah utara merupakan taman yang berada di tepi jalan raya (sebelumnya bernama Jl Diponegoro).
Taman bunga ini lalu berubah menjadi rumah-rumah pribadi yang menghadap ke utara.
“Saya menduga perubahan fungsi itu terjadi pada 1960-an,” kata Moch. Faisol, penelusur sejarah Jombang.
Sementara di bagian tengah ada bangunan pendopo utama berbentuk joglo yang menghadap ke barat.
Di sebelah timur pendopo joglo, ada rumah yang dipakai sebagai kediaman bupati.
Di bagian utara dan selatannya ada dua bangunan lain untuk abdi dalem yang mengurus keperluan rumah tangga di kompleks pendopo.
Sedangkan di bagian paling selatan depan, ada bangunan yang belum diketahui fungsinya.
Setelah sempat rusak berat akibat aksi bumihangus oleh para pejuang di masa revolusi itu, kompleks pendopo bupati sempat mangkrak selama beberapa tahun.
Lalu direnovasi sebagian agar bisa ditempati oleh bupati M Soebijakto yang menjabat pada 1960.
Bupati sebelumnya terpaksa memakai sebuah rumah di sebelah selatan Ringin Contong untuk tempat tinggal.
Renovasi besar-besaran yang mengubah bentuk secara keseluruhan dimulai 15 Januari 1968.
Pelaksanaan pembangungan selama satu setengah tahun itu selesai pada 1 Juli 1969.
Renovasi pendopo dan kediaman bupati diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Mohammad Noer tanggal 17 Juli 1969.
Bentuk pendopo berubah dari sebelumnya berbentuk joglo menjadi bentuk cungkup terdiri dari tiga bagian atap.
Bangunan di selatan pendopo menjadi kediaman Sekretaris Daerah (dulu bernama Sekwilda).
Sebelah utara pendopo terdapat dua bangunan, Swagata untuk menerima tamu bupati dan ruang sekretariat untuk sekpri bupati.
Foto tahun 1970 koleksi Wahono Joko Santoso memperlihatkan tampilan depan dua bangunan itu.
Beberapa tahun kemudian, dilakukan renovasi kembali beberapa kali sehingga seperti bentuk pendopo saat ini. (riz/ang/ang)