Desakita.co – Nahdlatul Ulama (NU) punya sejarah panjang dalam pendiriannya. Dalam penanggalan kalender Masehi, jamiyah Nahdlatul Ulama (NU) terbentuk pada 31 Januari 1926.
Sedangkan pada kalender Hijriah bertepatan dengan 16 Rajab 1344.
Meskipun dibentuk di Kertopaten Surabaya, namun pendirinya (muassis) mayoritas ulama dari Jombang. Diantaanya, KH M Hasyim Asy’ari (Tebuireng), KH A Wahab Chasbullah (Tambakberas) dan KH M Bisri Syansuri (Denanyar).
Karena didirikan di masa pemerintah kolonial Belanda, maka secara hukum mengikuti undang-undang yang berlaku saat itu.
Tiga tahun setelah berdiri, kemudian didaftarkan untuk mendapatkan pengesahan merk dan berbadan hukum.
Pada dokumen Statuten Perkumpulan, yang mengajukan adalah KH Said bin Saleh dan beberapa ulama lain pada 5 September 1929. Selanjutnya mendapat Rechtspersoon pada 6 Februari 1930 dengan Gedeponeerd No. 21743.
Surat keputusan pengesahan berbadan hukum bagi NU diteken Sekretaris Umum GR Erdbrink di Batavia. Secara resmi perkumpulan NU sudah sah berdiri untuk berkegiatan selama 29 tahun lamanya berlaku sejak 31 Januari 1926.
Sistem keanggotaannya masih berupa individu atau pribadi. Belum dibentuk cabang-cabang sejak awal, namun baru menyusul beberapa tahun kemudian.
Sejak saat itu, Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO) atau PBNU resmi menjalankan roda organisasinya. Memasuki tahun ketiga setelah berdiri, KH M Hasyim Asy’ari selaku Rais Akbar NU mulai memikirkan pendirian cabang-cabang di berbagai daerah.
Sebagai prioritas, tentu saja NU cabang Jombang yang harus segera dibentuk sebagai cabang pertama. Sesuai ketentuan di Pasal 5 Statuten Perkumpulan NU, hanya dibutuhkan 12 orang saja supaya suatu cabang NU bisa didirikan.
Jika anggotanya kurang dari 12 orang, harus ada satu orang koresponden yang aktif berhubungan dengan HBNO.
Menurut Ayung Notonegoro, penelusur sejarah dan dokumen NU, saat itu istilah cabang dinamakan afdeling. “Saya menemukan catatan di majalah Swara Nahdlatoel Oelama (SNO) edisi No. 9 Tahun I (Ramadan 1346 H),” kata Ayung.
Dalam berita di media resmi HBNO itu, tertulis keinginan dari Rais Akbar KHM Hasyim Asy’ari untuk mendirikan NU Cabang Jombang.
Kutipan aslinya di SNO dalam bahasa Jawa krama inggil beraksara Arab pegon berbunyi:”Ing saklebete sasi Dzulqaidah hadhihis sanah (1346 H), panjenenganipun Kiai Hasyim Tebuireng sanget hanggenipun hangrika daya kados pundi wagedipun jam’iyah Nahdlatul Ulama hanggadai cabang nang pundi-pundi panggenan”.
Jika diterjemahkan kurang lebih artinya: Di dalam bulan Dzulqaidah tahun ini (1436 H), yang terhormat Kiai Hasyim Tebuireng sangat mengupayakan segala daya agar bagaimana supaya jam’iyah Nahdlatul Ulama mempunyai cabang di mana-mana tempat.
Untuk menindaklanjuti keinginan tersebut, Rais Akbar KH M Hasyim Asy’ari lantas meminta kepada KH M Bisri Syansuri untuk segera mewujudkan cabang NU Jombang.
Mendapat perintah itu, KH M Bisri Syansuri lantas mengadakan pertemuan di masjid jamik Kauman Utara Jombang. Ratusan kiai dan habaib se-Jombang diundang pada 4 Mei 1928 (14 Dzulqaidah 1436 H).
Sekitar 600 ulama hadir memenuhi undangan. Bahkan KH M Hasyim Asy’ari juga datang memberikan tausiah dan memaparkan kondisi terkini umat Islam.
Pada kesempatan itu, disambung penjelasan KH M Bisri Syansuri yang menjelaskan pentingnya pendirian NU dan khususnya rencana pendirian NU cabang Jombang.
Setelah selesai acara di masjid, dilanjutkan dengan pertemuan khusus di rumah Habib Muhsin bin Hasan As Saqaf yang berada di kampung Kauman Utara juga. Rapat khusus di rumah Habib Muhsin itu diikuti 150 ulama, akhirnya menyepakati susunan pengurus NU cabang Jombang.
Susunan pengurusnya antara lain KHM Hasyim Asy’ari dan Habib Muhsin bin Hasan As Saqaf sebagai mustasyar (penasihat).
Pengurus jajaran syuriah ada Kiai Anwar Alwi Paculgowang sebagai rais dan Kiai Abdullah Maksum menjadi wakil rais.
Selanjutnya Kiai Maksum Kwaron (katib), Kiai Bisri Syansuri Denanyar (wakil katib). A’wan atau anggotanya tercatat Kiai Ya’qub Sambong, Kiai Abu Ahmad Jelakombo, Kiai Abdul Rouf Jagalan, Makh, Umar Said, Shodiq dan Hasbullah Denanyar.
Sementara di jajaran tanfidziah, ketua dijabat H Asy’ari dengan wakilnya H Sofwan. Sekretaris dijabat Suratman, wakil sekretaris Mashudi, bendahara H Yusuf, wakil bendahara H Syukron, semuanya dari Kauman.
Masih ada nama-nama yang menjadi anggota di kepengurusan NU cabang Jombang antara lain H Abdul Aziz Denanyar, H Nur Ali Denanyar, Hasyim Kauman, H Mansyur Jagalan, H Abdul Latif Kauman, H Bahri Kauman dan Masruh Kauman.
Salah satu penelusur sejarah Jombang, Moch. Faisol, juga menemukan jejak aktifitas NU cabang Jombang beberapa tahun kemudian.
“Saya temukan artikel di surat kabar Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indie edisi 17 Juni 1939,” katanya. Di koran itu ada berita ketika diadakan konferensi cabang NU Jombang di Tebuireng. (riz/ang)