Lifestyle

Profil Anom Antono Dalang Senior Asal Desa Gabusbanaran Jombang, Getol Perjuangkan Legalitas Budaya Lokal

×

Profil Anom Antono Dalang Senior Asal Desa Gabusbanaran Jombang, Getol Perjuangkan Legalitas Budaya Lokal

Sebarkan artikel ini
NGURI-NGURI BUDAYA: Anom Antono Pamong Budaya Ahli Muda Sub Koordinator Sejarah dan Nilai Budaya Dinas P dan K Jombang saat menunjukkan koleksi wayang di rumahnya.

Desakita.co – NAMA Anom Antono tentu tak asing di kalangan aparatur sipil negara (ASN) hingga pegiat budaya di Kabupaten Jombang.

Pria yang menjabat sebagai Pamong Budaya Ahli Muda Sub Koordinator Sejarah dan Nilai Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang ini dikenal getol memperjuangkan kearifan budaya lokal untuk diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Anom Antono lahir di Desa Gabusbanaran, Kecamatan Tembelang pada 16 November 1973 dari pasangan Hadi Carito dan Hj Duryati. Anom mewarisi bakat menjadi dalang dari sang ayah.

Sebelum menjadi ASN, ia aktif di dunia hiburan wayang kulit. Tak jarang, ia tampil sebagai dalang dalam beberapa kesempatan.

Anom mengenyam pendidikan SD hingga SMP di Jombang.

Ia mengawali pendidikannya di SDN Gabusbanaran 1 dan SMPN 1 Ploso. Setelah itu, melanjutkan ke SMK I Surakarta yang sekarang menjadi SMKN 8 Surakarta Jurusan Seni Perdalangan.

Baca Juga: Intip Profil Zulfikar Damam Ikhwanto: Sosok Aktivis, PNS, Pengusaha hingga Pengasuh Pondok di Jombang

”Saya tidak pandai kimia dan matematika, sehingga bapak menyekolahkan di jurusan Seni Perdalangan,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jombang.

Sejak kecil Anom memiliki karakter gigih berjuang. Dalam menempuh pendidikan, Anom sempat terkendala biaya sehingga ia terpaksa harus menunda keinginannya kuliah selama setahun.

Waktu luangnya ia gunakan untuk kegiatan produktif. Ia sering diminta warga untuk mengisi hiburan wayang kulit.

”Sejak lulus SMK saya sering diundang warga untuk ndalang, mulai hajatan khitanan, resepsi pernikahan hingga sedekah desa,” jelas suami Luchy ini.

Ia mengaku, sudah berlatih mendalang sejak kecil. Berbagai karakter tokoh pewayangan mulai Hanoman, Indrajit, Jatayu hingga Subali dan Sugriwa dia hafal.

Anom juga sering diminta membantu ayahnya kala ada banyak pertujukan wayang. ”Saya sering menggantikan bapak kalau banyak jadwal,” tambahnya.

Setahun kemudian, Anom baru melanjutkan kuliah dan masuk di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) yang sekarang menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Anom termasuk anak yang tidak ingin merepotkan orang tua. Honor dari hasilnya ndalang ia gunakan membayar biaya kuliah. Setelah lulus dari STSI Surakarta 2001, Anom kemudian kembali ke Jombang.

Baca Juga: Profil Sutarsih, Pendidik Asal Desa Tebel Jombang yang Dikenal Inovatif dan Multitalenta

Anom mengawali karirnya sebagai honorer di Dinas Pariwisata Budaya Pemuda dan Olahraga (Parbupora) Jombang pada 2003. Dua tahun kemudian ia dinyatakan lolos seleksi PNS.

Dalam perjalanan karirnya, ia kemudian dipercaya menjadi Pamong Budaya Ahli Muda Sub Koordinator Sejarah dan Nilai Budaya di Dinas P dan K Jombang.

Salah satu terobosan yang dilakukan Anom selama menjabat pamong budaya ahli muda adalah mendorong penetapan kearifan lokal menjadi warisan budaya tak benda Indonesia dari Kemendikbudristek.

”Itu kita lakukan agar di kemudian hari tidak diklaim menjadi warisan budaya orang lain,’’ ujar dia.

Baca Juga: Dr Hj Saadatul Athiyah MPd Sosok Wanita yang Utamakan Kedisipinan dalam Memimpin

Beberapa kearifan lokal yang sudah berhasil meraih status warisan budaya tak benda Indonesia di antaranya, Tradisi Riyaya Unduh-Unduh di GKJW Mojowarno yang sudah ditetapkan tahun 2020. Lalu, Tari Remo Boletan yang ditetapkan pada 2024.

Tahun ini, pihaknya mempersiapkan pengusulan upacara Kungkum Sinden ke Kemendikbudristek untuk mendapatkan pengakuan warisan budaya tak benda Indonesia.

”Kemudian tahun 2026 kita sudah menyiapkan kajian budaya Gambus Misri dari Desa Kendalsari, Kecamatan Sumobito sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, mohon doanya,” pungkasnya. (ang/naz)

 

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *