Desakita.co – Mengoptimalkan skill dan memanfaatkan peluang menjadi jalan terang bagi Arsika Yunarta MPd dalam melakoni pekerjaannya.
Menurutnya, wanita harus cekatan dan selalu terbuka untuk belajar hal baru.
”Saya belajar MC wedding otodidak, mengandalkan kemampuan bicara saya dengan penonton saat ngeband dulu, karena saya dulu vokalis band,” ungkap Ita Yunarta, sapaan akrabnya.
Baginya, belajar bisa di mana saja. Seperti Ita yang banyak belajar hal baru dari lingkungan kerjanya.
Untuk jadi MC wedding yang kondang di Jombang, ia hanya berbekal bakat menyapa dan berinteraksi dengan penonton ketika masih jadi vokalis band.
Kala itu ia melihat peluang, di mana MC wedding di Jombang perempuan masih sangat jarang.
”Yang terkenal hanya bu Ndaru, dan beliau juga kiblat saya dalam belajar, ditambah belajar otodidak jadi MC yang baik dan benar dari YouTube, Instagram,” jelasnya.
Setelah memiliki bekal kemampuan dalam membawakan acara, ia bergabung dengan HIPAPI (himpunan pembawa acara pengantin Indonesia).
Di sana ia banyak belajar KEPADA MC-MC yang memiliki pengalaman lebih dari dirinya. Memiliki pekerjaan sesuai dengan passion–nya membuat Ita happy.
Sembari melakoni pekerjaannya, ia juga terus membangun jaringan. Ita yang humble sangat senang jika bertemu dengan orang baru, dan komunitas baru.
Ia kemudian menjadi pengurus Perwosi Jombang, KONI Jombang, Komunitas Kain dan Kebaya Jombang, dan IWAPI Jombang.
”Dari situ kenal dengan ibu-ibu pejabat, jasa saya emakin dipakai dan semakin dikenal,” katanya.
Kepiawaiannya dalam membawa acara, dan mengandalkan kekuatan jaringan, kini Ita Yunarta juga memiliki wedding organizer.
”Klien pertama saya adalah fotografer yang minta untuk mengatur acaranya dengan tim,” jelasnya. Ita yang juga merupakan seorang dosen tetap di UPJB Jombang memanfaatkan tenaga mahasiswanya untuk menjadi timnya.
”Sampai saat ini, saya memanfaatkan tenaga orang-orang sekitar saya, ya mahasiswa, ya saudara, karena memberikan lapangan pekerjaan kepada mereka juga,” jelasnya.
Saat ini ia sedang belajar menjadi pranotocoro atau MC dengan bahasa Jawa.
Di mana saat ini profesi itu mayoritas dilakoni laki-laki. ”Nah peluang itu yang sekarang saya baca,” jelasnya.
Tidak hanya belajar dengan hal-hal baru, Ita juga wanita yang berpendidikan.
Setelah ia menamatkan pendidikannya pada UNESA jurusan Kepelatihan Olahraga UNESA, ia kemudian kuliah S2 di IKIP Budi Utomo Jurusan Pendidikan Olahraga.
Ia kemudian menjadi dosen tetap di Universitas PGRI Jombang (UPJB) sejak 2015 sampai sekarang.
Tidak berhenti sampai di situ, ke depan ia juga akan kuliah S3 lagi. ”Karena harus kuliah S3, tapi masih belum sekarang, karena sekarang masih sibuk dengan pekerjaan saya,” jelasnya.
Terlepas dari pekerjaannya sebagai seorang dosen, menurutnya, wanita memang harus memiliki pendidikan yang tinggi.
Sebab, wanita adalah sosok yang multiperan.
Di luar rumah bisa jadi dosen, di rumah harus jadi ibu, jadi guru les, guru ngaji, jadi koki, jadi montir, jadi supir dan lain sebagainya.
”Kita tidak boleh berpangku tangan kepada siapa pun termasuk suami. Jadi, wanita harus serbabisa, dan melalui pendidikan salah satu cara kita mengangkat derajat keluarga,” ungkapnya. (wen/naz/ang)