Lifestyle

Perjalanan Maset Rahma, Alumnus SMAN 2 Jombang Kini Tempuh Pendidikan di Korea Selatan

×

Perjalanan Maset Rahma, Alumnus SMAN 2 Jombang Kini Tempuh Pendidikan di Korea Selatan

Sebarkan artikel ini
Maseta Rahma

Desakita.co – SUKA belajar dan berprestasi. Begitu gambaran untuk Maseta Rahma, mahasiswa Korea Advanced Institute of Science (KAIST) jurusan Business Technology Management.

Sejak duduk di bangku SMA, ia sudah bisa berkeliling dari satu negara ke negara lain untuk belajar.

”Saya memang suka belajar, dengan cara review materi yang telah disampaikan guru atau dosen pada hari itu,” kata sulung pasangan Drs H Suroto MM, pensiunan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang dengan Hj Anita Kusuma Seta, SKep MSi, PNS RSUD Jombang yang sekaligus Owner LPI PAUD Ar Rahman Jombang.

Bagi Maseta, belajar merupakan hal penting. Sebagai sulung dua bersaudara, ia ingin menjadi wanita yang tangguh dan dapat memberikan contoh buat adik dan anggota keluarga yang lain.

”Saya ingin membuktikan, jika wanita juga bisa menempuh pendidikan tinggi, sayapun juga masih mengembangkan diri, menambah pengetahuan karena ilmu tidak pernah habis,” jelasnya.

Maseta memiliki cita-cita untuk kuliah di luar negeri sejak masih duduk di bangku SMPN 2 Jombang. Cita-citanya mulai dikejar dengan memperdalam Bahasa Inggris.

”Saya selalu menyukai mata pelajaran Bahasa Inggris,” katanya.

Maseta juga memiliki cara belajar yang unik, ia lebih menyukai belajar dengan cara melihat video-video interaktif.

Seperti belajar bahasa, ia biasanya belajar melalui film-film yang ia tonton.

Maseta juga terbiasa melakukan review materi yang telah disampaikan guru atau dosen dalam kelas ketika sudah berada di rumah.

”Apalagi ketika materi belum paham, saya akan belajar lebih keras di rumah, saya juga tipe orang yang fokus, sehingga mudah menerima materi ketika dijelaskan guru dalam kelas,” katanya lagi.

Tak hanya belajar Bahasa Inggris, sejak SMP Maseta juga suka belajar Bahasa Korea karena menyukai budaya Korea, seperti K-pop, K-drama, dan K-Variety Show.

Kegigihannya dalam belajar membuahkan hasil ketika duduk di bangku kelas 10 SMAN 2 Jombang.

Maseta menjadi satu dari 100 siswa Indonesia yang mengikuti pertukaran pelajar ke Jepang dengan program JENESYS. Ia 10 hari tinggal di Jepang.

Setelah lulus SMA, ia diterima kuliah di Universitas Binus Jakarta dan berhasil mendapatkan beasiswa 25 persen dari Universitas Binus karena mendapat nilai baik saat test utama Bahasa Inggris.

”Nilai TOEFL saya bagus, dapat beasiswa 25 persen,” kenang dia.

Di saat yang sama, ia juga diterima di Universitas Brawijaya dan Universitas Airlangga. Akhirnya, Maseta memilih Universitas Airlangga jurusan Sistem Informasi.

Tidak hanya kuliah dan menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa, gadis kelahiran Jombang 25 September 1999 ini juga aktif menjadi student assistant, yang tugasnya menjadi pendamping mahasiswa pertukaran pelajar dari Malaysia.

Tahun pertama lulus kuliah, Maseta sempat magang di Jakarta selama setahun. Yaitu enam bulan di startupo brick dan enam bulan di SeaBank.

Selama magang, ia juga sempat mendaftar di berbagai universitas di luar negeri. Sayang, tahun pertama ia belum berhasil.

Gagalnya Maseta bukan berarti menyerah, ia justru mematangkan persiapan, dengan memperbaiki essai dan belajar IELTS.

”Karena untuk S2 IELTS lebih diterima daripada TOEFL,” ungkap alumnus SDN Jombatan 3 ini.

Keberuntungannya mulai datang di tahun kedua pascakelulusan.

Bahkan, ia diterima di beberapa universitas luar negeri sekaligus, yaitu UCL Inggris, University of Manchester, University of Glasgow, University of Exeter dan University of Nottingham.

Termasuk mendapat Letter of Acceptance dari Australia, Monash University.

Akhir tahun 2022, KAIST juga mengirim Letter of Acceptance beserta dengan beasiswa untuk biaya pendidikan dan biaya hidup.

Ia memilih KAIST bukan semata-mata karena ia menyukai budaya Korea, tapi juga ia ingin fokus belajar teknologi untuk mengembangkan lembaga pendidikan yang ia miliki, yaitu PAUD Ar Rahman Jombang.

”Korea Selatan mempunyai teknologi yang terkemuka dan mulai berkembang,” jelasnya.

Meski sudah punya bekal kemampuan Bahasa Korea, ia masih cukup kesulitan untuk menjalani kehidupan di tahun pertama. Kendala utamanya adalah bahasa.

”Kebanyakan mahasiswa Korea dan orang Korea kurang bisa berbahasa Inggris dan memiliki ketakutan untuk berbicara Bahasa Inggris,” kisahnya.

Barulah memasuki semester kedua, temannya mulai banyak dan dari berbagai negara, dari Korea, Amerika dan Perancis.

Dari sisi pembelajaran, di KAIST menganut system education 4.0, di mana perkuliahan dilaksanakan dengan banyak diskusi dan pembelajaran interaktif.

”Kalau perkuliahan semuanya menggunakan Bahasa Inggris,” tegas dia.

Di KAIST pula, ia juga mengembangkan diri dengan mengikuti program pertukaran pelajar. Selama liburan musim dingin, ia lolos seleksi pertukaran pelajar ke Jerman mulai Januari-Februari 2024.

”Di Winter University ini saya dapat berkenalan dengan mahasiswa dari berbagai negara, seperti Australia, Afrika Selatan, USA dan Canada,” ungkapnya.

Mendapatkan kesempatan belajar di Eropa, juga dimanfaatkannya untuk eksplor Eropa. Hampir setiap libur akhir pekan ia tak pernah bersantai-santai.

Ia jalan-jalan mengunjungi beberapa negara di Eropa, mulai Belanda, Belgia, Luxembourgh, Perancis, Swiss dan Austria.

Selama magang, ia mengikuti kelas wajib Bahasa Jerman dan kelas pilihan Internaytional Business. Kuliah Senin-Jumat, pukul 08.45-15.30.

”Alhamdulillah dengan jadwal yang padat itu saya tetap mendapatkan nilai akhir yang baik dengan predikat very good,” pungkas penyuka olahraga tenis lapangan ini. (wen/bin/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *