Desakita.co – Hidup dalam keterbatasan tak membuat dua nenek di Jombang menyerah. Sulasmi, 62, warga Desa Kepatihan, Kecamatan Jombang dan Paimah, 70, warga Desa Pulo Lor, Kecamatan Jombang menjalani hari tua dengan kondisi serbakekurangan. Keduanya bertahan hidup dari belas kasih tetangga.
Saat ini, Paimah hidup bersama anak serta cucunya yang masih kecil. Dengan kondisi fisik yang tak lagi kuat bekerja, ia terpaksa bergantung pada bantuan tetangga. ”Sudah 6 tahun (menempati rumah ini), dari pak lurah (tanah sepadan jalan desa). Rumah sudah dijual buat berobat suami. Saya minta di jalan jalan jadi saya cari makan sendiri,” ujarnya, Senin (25/8).
Meski begitu, Paimah mengaku menerima Program Keluarga Harapan (PKH). Namun jumlahnya tak mencukupi dengan kebutuhan sehari-hari. ”Dapat PKH 600 ribu tidak cukup, ya dicukup-cukupkan buat jajan cucu juga uang saku sekolah. Kalau (rumah) ambruk ya apes saja,” ucapnya.
Nasib serupa juga dialami Sulasmi warga Desa Kepatihan. Rumah Sulasmi berdiri di atas tanah sewa. Bangunannya semi permanen, dengan halaman dipenuhi tumpukan sampah plastik. Untuk masuk, orang harus melewati jalan sempit di samping rumah warga. Di dalamnya, semua perabotan rumah tangga menumpuk dalam satu ruangan. Bahkan kamar mandi, ruang tidur, dan tempat aktivitas sehari-hari jadi satu.
Meski memiliki dua anak dan tujuh cucu, Sulasmi sudah belasan tahun tinggal sendiri. Anak-anaknya tinggal dan bekerja di luar kota. ”Anak-anak dan cucu saya di luar kota. Kadang-kadang mengirim uang, tapi ya nggak pernah (pulang) ke sini,” ujarnya.
Untuk bertahan hidup, ia mengandalkan belas kasihan tetangga serta mengumpulkan sampah plastik yang kemudian dijual ke Bank Sampah. ”(sampah plastik) ini saya kumpulkan dari depan sana, nanti diambil sama (petugas) Bank Sampah. Uangnya untuk makan,” katanya.
Sulasmi juga mengalami gangguan penglihatan sejak 15 tahun lalu. Meski pernah menjalani operasi mata, pandangannya tetap terbatas. ”Samar-samar bisa melihat. Tapi kalau keluar, sering kesasar karena kadang-kadang nggak kelihatan,” tuturnya.
Sayangnya, meski hidup miskin, ia tak pernah masuk daftar penerima bantuan sosial. ”Sejak saya menjabat Kades, bu Sulasmi ini selalu kami usulkan. Tetapi tidak tahu kenapa, sistem terus menolak nama bu Sulasmi,” jelas Kepala Desa Kepatihan, Erwin Pribadi.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Jombang, Hari Purnomo, menegaskan pihaknya akan menindaklanjuti informasi terkait salah satu warga Desa Kepatihan yang belum tercover bantuan sosial. Dari hasil evaluasi, Sulasmi masuk masuk kategori desil 4 Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Ekstrim Nasional (DTSEN). ”Informasi ini baru kami ketahui. Terima kasih kepada pak camat dan kepala desa yang telah menyampaikan. Kami dari Dinsos akan berupaya sesuai kewenangan untuk menindaklanjuti,” ujarnya, Jumat (5/9).
Hari menambahkan, proses akan dilakukan sesuai mekanisme yang berlaku. Dinsos juga berkomitmen mengawal agar warga tersebut bisa segera mendapat bantuan. ”Kalau dari sisi lapangan memang bisa masuk, segera kami proses. Bansos yang memungkinkan antara lain Program Keluarga Harapan (PKH) dan Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS,” jelasnya. (ang/naz)










