Desakita.co – Pemerintah Desa (Pemdes) Pakel, Kecamatan Bareng, terus menguatkan komitmen menjaga warisan sejarah dan budaya lokal. Berbagai upaya dilakukan agar nilai-nilai tradisi tak lekang ditelan zaman.
Salah satunya melalui studi peningkatan kapasitas ke Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Kepala Desa Pakel Sudarmaji bersama jajaran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan perangkat desa melakukan diskusi intensif seputar pengelolaan budaya dan pelestarian sejarah.
”Kami melakukan studi ilmu pengetahuan dan pengelolaan budaya sebagai pedoman bagi anak cucu kami sebagai generasi penerus agar terus lestari ke depannya,” ujarnya.,” ujar Sudarmaji.
Sudarmaji menuturkan, wilayah Desa Pakel memang sarat cerita sejarah. Dalam legenda masyarakat, kawasan ini disebut sebagai tempat persembunyian para pejuang di masa kolonial.
Rimbunnya pohon mangga pakel diyakini menjadi pelindung alami saat mereka menyusun strategi perang.
Baca Juga: Upaya Tekan Stunting, Pemdes Karobelah, Kecamatan Mojoagung Jombang Optimalkan Program SOTH
”Desa kami banyak ditumbuhi pohon mangga pakel, karena lebat dan rimbun maka menurut cerita digunakan oleh para pejuang bangsa sebagai markas,” terangnya.
Tak hanya itu, jejak sejarah Majapahit juga diyakini mengakar di desa ini. ”Dulu wilayah kami digunakan prajurit Majapahit untuk berlatih dan mengatur strategi.
Hal ini diperkuat dengan temuan arca dan nama dusun Jemparing, yang berasal dari jemparingan atau seni memanah tradisional Jawa yang biasa dilakukan di lingkungan keraton,” jelasnya.
Dalam merawat tradisi, Pemdes Pakel sebelummnya juga menggelar kegiatan nguri-uri budaya lokal bertajuk Annual Cultural Events Calendar of Traditional and Cultural Desa Pakel. Beberapa di antaranya yaitu tradisi tumpak tandur bumi wonondadari, gladhen ageng jemapringan manggilingan serta arak tumpeng panca thuk.
Dalam setiap pagelaran juga ditampilkam beragam tarian dan musik tradisional serta penggunaan busana adat yang disebut baju jangan dan udeng jemparing bawono. Seluruhnya dikemas dengan mengusung tagline Pakel Digdaya (Damai, Indah, Gemah Dan Berbudaya).
”Harapan kami, Kegiatan ini dapat menjadi perwujudan dalam pelestarian tradisi dan sejarah yang terus dapat terlaksana setiap tahun agar menjadi pengingat tradisi bagi masyarakat dan generasi penerus ke depannya,” pungkas Sudarmaji. (dwi/naz).







