Desakita.co – Presiden RI Joko Widodo meresmikan tiga Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Jawa Timur, termasuk TPA Banjardowo Kabupaten Jombang, Kamis (14/12).
Peresmian yang berpusat di Kota Malang turut dihadiri jajaran menteri, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Pj Bupati Jombang Sugiat.
Pantauan di kanal Youtube resmi Sekretariat Presiden, Sugiat turut mendampingi Presiden Jokowi saat memencet sirine diresmikan TPA di Jawa Timur.
Tampak pula beberapa menteri terkait. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Tiga TPA yang diresmikan itu TPA Supit Urang Kota Malang yang di bangun dengan anggaran Rp 230 miliar, TPA Jabon Sidoarjo yang dibangun dengan anggaran Rp 384 miliar dan TPA Banjardowo Jombang yang dibangun dengan angaran Rp 203 miliar.
Mengawali sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan jika persoalan sampah adalah persoalan serius.
Jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan dampak berbagai masalah baik masalah sosial, kesehatan dan dapat menibulkan negatif lainnya seperti pencermaran lingkungan dan pencemaran sumber daya air, hingga menimbulkan banjir.
”Volume sampah akan terus bertambah, untuk itu diperlukan TPA yang ditata dengan baik, memiliki fasilitas canggih serta sistem pengelolaan dan manajemen yang baik,’’ ujar dia.
Presiden mengakui, jika pengelolaan sampah tidak mudah.
Mengatur pengelolaan satu tempat sulit. Apalagi jika mengelola sampah di satu kota, satu provinsi atau bahkan satu negara.
”Sekarang sudah ada TPA yang sudah beroperasi dengan baik, ini bisa menjadi contoh bagi kabupaten/kota lain yang mengalami persoalan sampah,’’ tambahnya.
Dengan diresmikannya tiga TPA tersebut ia berharap persoalan sampah bisa dikurangi.
”Sehingga dapat menurunkan potensi pencemaran lingkungan serta meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat,’’ tegas Jokowi.
Sementara itu, saat sidak TPA Banjardowo sehari sebelumnya, Pj Bupati Jombang Sugiat didampingi Kepala DLH Jombang Miftahul Ulum, menyampaikan TPA Banjardowo belum bisa menampung potensi sampah di semua kecamatan.
Sampai hari ini, TPA Banjardowo baru bisa menampung sekitar 26 persen atau 140 ton dari total 530 ton sampah per hari.
Pj mengakui, jika sampai sekarang TPA Banjardowo belum bisa menampung seluruh potensi sampah di Jombang.
Alasannya, jumlah armada untuk mengangkut sampah masih kurang. Ditambah lagi, jumlah tenaga sekaligus anggaran BBM untuk mengangkut sampah dari 21 kecamatan butuh anggaran besar.
”Harapannya bisa menampung se-kabupaten, tapi kendalanya perlu anggaran cukup besar,’’ tambahnya.
Salah satu solusi untuk mengurangi sampah, lanjut dia, dengan memperbanyak TPS3R di tingkat desa. Dengan begitu, desa bisa memberdayakan masyarakat untuk mengolah sampah masing-masing, sebelum akhirnya ditampung ke TPA.
”Di Jombang sudah ada 15 TPS3R, setiap tahun diupayakan bertambah.
Nanti akan dipilah sampah organik dan anorganik. Endingnya, yang tidak bisa diolah akan dibawa ke sini. Tapi itu bisa ditampung seminggu sekali diambil,’’ terangnya.
Selain itu, lanjutnya, upaya lain untuk memaksimalkan pengelolaan sampah, menjadikan TPA Banjardowo sebagai BLUD.
Sehingga hasil pengelolaan sampah bisa dijual dan hasil dari penjualan bisa digunakan untuk operasional pengelolaan sampah.
”Saat ini masih UPT. Kita masih berproses menuju BLUD,’’ tandasnya.
Menurutnya, jika di BLUD-kan, maka bisa mencakup seluruh potensi sampah yang ada di Jombang.
Baik di Wonosalam maupun kawasan utara Brantas. ”Insya Allah bisa, nanti akan kita tata lagi,’’ pungkas Sugiat. (ang/bin/ang)