Pemerintahan

Dampak Banjir, Petani Desa Kedungmlati Kesamben Jombang Tanam Ulang Hingga 3 Kali

×

Dampak Banjir, Petani Desa Kedungmlati Kesamben Jombang Tanam Ulang Hingga 3 Kali

Sebarkan artikel ini
TERDAMPAK BANJIR: Hektarean sawah di Desa Kedungmlati, Kecamatan Kesamben, terendam banjir kemarin.

Desakita.co – Petani di Kecamatan Kesamben kebingungan menghadapi banjir luapan Afvoer Watudakon yang kerap menggenangi areal sawahnya.

Selain harus berulangkali mengganti tanaman, biaya yang dikeluarkan untuk tanam padi juga membengkak.

Kondisi ini sudah berlangsung sejak Desember tahun lalu.

Beberapa petani mengaku sudah mengganti tanaman sebanyak dua kali.

Petani berharap ada perhatian dari pemerintah mengatasi banjir yang hampir setiap tahun menggenangi areal pertanian di Kecamatan Kesamben.

Salah satunya dialami Hari Purnomo, 48, petani asal Desa Kedungmlati, Kecamatan Kesamben.

Ia mengaku sejak Desember tahun lalu, ia sudah tiga kali melakukan tanam padi.

Pasalnya, pada tanam pertama dan kedua seluruhnya tanaman padinya rusak diterjang banjir.

”Ini sudah 3 kali tanam. Tanam pertama banjir bulan 12 (Desember 2024), tanam kedua bulan 1 (Januari 2025), tanam ketiga tanggal 20 ini,” ujar dia.

Baca Juga: 3 Desa di Jombang Dirikan Dapur Umum Setelah Banjir Tak Kunjung Surut, Ini Lokasinya

Ia mengatakan, tidak hanay dirinya, sejumlah belasan hektare sawah petani lainnya juga terendam banjir. Ia memperkirakan sedikitnya ada 16 hektare tamanan padi yang kini terendam banjir. ”Di sini banyak yang kondisinya seperti itu,’’ tambahnya.

Ia mengatakan, petani merugi besar akibat sawahnya kebanjiran. Sebab, untuk satu kali tanam padi di lahan seluas 100 bata, membutuhkan biaya cukup besar, mulai biaya mempersiapkan lahan, bibit, dan upah pekerja. ”Kalau bibitnya beli lebih besar lagi biayanya. Waktu tanam awal benih sendiri.

Tapi yang kedua dan ketiga, ya beli. satu bentil (ikat bibit padi) harganya Rp 5 ribu, 100 bata butuh 90 bentil,” tambahnya memerinci.

Ia berharap pemerintah mencarikan solusi konkret mengatasi permasalahan banjir yang hampir setiap tahun menggenangi areal sawah di wilayahnya.

Pasalnya, banyak masyarakat menggantungkan hidup sawah. ”Harapannya ada solusi konkret dari pemerintah mengatasi banjir,” ungkapnya.

Menurutnya, hampir setiap musim penghujan, Afvoer Watudakon selalu meluap ke area persawahan. Ia berharap pemerintah bisa melakukan langkah-langkah konkret, misal melakukan normalisasi secara rutin termasuk memperbaiki kondisi tanggul-tanggul yang kritis.

”Tolong sungai itu dinormalisasi sampai Watudakon, Gongseng, itu diperlebar. Kan di sana menyempit. Banyak eceng gondok banyak kangkung juga,’’ tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang M. Rony tak menampik areal pertanian di Kecamatan Kesamben kerap jadi langganan banjir. Pihaknya segera menerjunkan tim melakukan pendataan.

”Kita evaluasi, kita data. Rendaman itu umur tanaman padi berapa minggu, berapa hari, umur tanamannya kita evaluasi dulu, dipastikan.

Baca Juga: Jadi Langganan Banjir Setiap Tahun, Warga Desa Talunkidul Kecamatan Sumobito Jombang Minta Solusi Pemerintah

Yang kedua, itu apakah tanaman atau pembibitan karena ini implikasinya terhadap bantuan. Kalau masih dalam kondisi bibit, terendam dan mati, tidak ada stimulan diganti,” ujar dia.

Ia mengatakan, Pemkab Jombang punya program stimulan bantuan bagi petani yang terdampak banjir. Namun, proses pengadaan harus melalui beberapa tahapan.

”Harus melalui tahapan penyediaan dulu. Jadi setelah ini kami segera melakukan pengadaan barang, untuk menyiapkan itu,” tambahnya.

Sebenarnya, lanjut dia, pemerintah desa setempat juga bisa memberikan bantuan kepada para petani yang bibit padinya tenggelam dengan menggunakan anggaran dari dana desa (DD).

”Dengan dana desa yang masuk nomenklatur untuk biaya ketahanan pangan,” pungkasnya. (ang/naz)

 

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *