Pemerintahan

530 Lahan Pertanian di 7 Kecamatan Terendam Banjir, Ini Penjelasan Disperta Jombang

×

530 Lahan Pertanian di 7 Kecamatan Terendam Banjir, Ini Penjelasan Disperta Jombang

Sebarkan artikel ini
539 sawah di Jombang teredam banjir.

Desakita.co – Banjir yang merendam areal sawah di sejumlah kecamatan berdampak masif terhadap petani. Betapa tidak, Dinas Pertanian Jombang mencatat, banjir merendam 530 hektare areal pertanian.

Kondisi banjir terparah di Kecamatan Kesamben mencapai 427 hektare.

Bahkan beberapa petani harus berulangkali mengganti tanaman lantaran tanamannya mati akibat terendam banjir berhari-hari.

”Memang kondisi paling parah di Kecamatan Kesamben,” ujar Kabid Bidang Perlindungan Pasca Panen dan Pemasaran Hasil  Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Jombang  Akhmad Jani Masyhudi saat dikonfirmasi, Minggu (26/1) kemarin.

Dirinya memerinci, dari total 530 hektare sawah yang terendam, seluas 427 hektare lahan pertanian di Kecamatan Kesamben, 23 hektare di Kecamatan Bandarkedungmulyo, 25 hektare di Kecamatan Megaluh, 40 hektare di Kecamatan Sumobito.

Baca Juga: Dampak Sawah Banjir, Dinas Pertanian Jombang Temukan 202 Hektare Sawah Puso

”Di Kecamatan Ngoro ada 2,5 hektare, 5 hektare di Peterongan dan 8 hektare di Tembelang,” ungkapnya.

Dari ratusan hektare sawah yang tergenang, Yani menyebut ada sekitar 15 hektare sawah yang mengalami puso. ”Kurang lebih 15,5 hektare yang puso.

15 hektare di Kecamatan Megaluh dan 0,5 hektare di Kecamatan Ngoro,” katanya.

Dirinya tak menampik, Kecamatan Kesamben setiap tahun menjadi langganan banjir.

”Petani di sana tanam dua sampai tiga kali karena banjir,” katanya. Penyebab banjir karena ada luapan dari Afvoer Watudakon. ”Perlunya ada normalisasi dan penanganan di saluran tersebut,” pungkasnya.

Sementara itu, Mohamad Iksan, salah satu petani di Dusun Kandangsapi, Desa Kedungbetik menilai pemerintah seolah tutup mata terkait nasib petani di Kecamatan Kesamben yang setiap tahun berjuang menghadapi banjir.

”Setiap tahun seperti selalu seperti ini, apabila musim penghujan selalu terendam banjir,” katanya.

Rata-rata usia tanaman petani di desa tersebut 15 sampai 30 hari. ”Kalau tanaman saya itu usianya 15 hari karena memang tanam yang terakhir,” ungkapnya.

Baca Juga: Imbas Banjir Melanda Kecamatan Kesamben Jombang, Sawah Petani Jadi Rusak Hingga Gagal Tanam

Menurutnya, banjir kali ini cukup parah dan lama. Pasalnya, sudah sepekan air tak kunjung surut.

”Biasanya hanya empat hari sudah surut,” katanya.

Apabila padi terus tergenang seperti ini, pasti tanamannya mati. ”Punya saya sudah mulai layu-layu. Kalau terus tergenang ya mati,” imbuhnya.

Iksan berharap, pemerintah cepat tanggap mengatasi masalah banjir.

Ia berharap pemerintah mencarikan Solusi konkret, terlebih kondisi ini sudah rutin setiap tahun.

Baca Juga: Peduli Bencana Banjir di Kesamben Jombang, Ini yang Dilakukan Keluarga Besar SMPN Jombang

”Banjir itu kan dari luapan Afvoer Watudakon karena ada pendangkalan sungai tapi belum ditangani. Waktu itu sudah diturunkan alat berat tapi digeser lagi,” katanya.

Hal senada juga disampaikan Choiri petani lainnya, sawahnya yang masih terendam air membuat dirinya geram. Ia berharap pemerintah lebih serius memikirkan nasib petani.

”Tanaman sudah diberi pupuk kemudian terendam banjir seperti ini. Kalau pun surut, mungkin banyak yang mati. Pasti merugi,” katanya. (yan/naz)

 

 

 

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *