Pendidikan

Sosialisasi Gejala dan Pencegahan Kanker Serviks, Upaya RSUD Jombang Tekan Angka Kanker Serviks di Jombang

×

Sosialisasi Gejala dan Pencegahan Kanker Serviks, Upaya RSUD Jombang Tekan Angka Kanker Serviks di Jombang

Sebarkan artikel ini
GAMBLANG: dr Dian Puspita Virdayanti SpOG MkedKlin saat berbincang di ruang podcast RSUD Jombang.

Desakita.co – RSUD Jombang mengajak masyarakat Kabupaten Jombang untuk mencegah kanker serviks dengan mengenali gejala dan cara pencegahannya.

Mereka menggelar sosialisasi tentang kanker  dengan narasumber dr Dian Puspita Virdayanti SpOG MKedKlin,  tenaga profesional RSUD Jombang.

’’Indonesia, terutama di Asia Tenggara, memiliki tingkat kematian tertinggi akibat kanker serviks. Setiap jam, dua wanita di Indonesia kehilangan nyawa akibat penyakit ini,’’ kata  dr Dian.

Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di leher rahim (serviks). Ini dipicu infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus) yang ditularkan melalui hubungan seksual.

Dokter Dian menjelaskan faktor-faktor risiko kanker serviks. Di antaranya, berhubungan seksusal di usia muda, kurang dari 20 tahun.

Bergonta-ganti pasangan seksual, melakukan hubungan seks dengan pria yang sering bergonta-ganti pasangan. Riwayat infeksi di daerah kelamin atau radang panggul.

Merokok atau terpapar asap rokok. Kurang menjaga kebersihan organ kewanitaan. Perempuan yang melahirkan banyak anak, dan adanya riwayat tes pap yang abnormal sebelumnya.

Pada stadium dini, seringkali tidak menunjukkan gejala atau tanda yang khas. Namun pada stadium lanjut, muncul gejala-gejala yang harus diperiksa lebih lanjut ke dokter.

eperti keputihan abnormal dan berbau busuk. Pendarahan di luar masa haid. Pendarahan pasca berhubungan seksual. Perdarahan saat menopause, nyeri panggul, penurunan berat badan dan lainnya.

’’Pap smear sangat penting sebagai pemeriksaan awal,’’ ucapnya.

Ada dua langkah pencegahan kanker serviks. Yaitu primer dan skunder. Pencegahan primer dengan cara edukasi mengenai kanker serviks dan menghindari faktor-faktor resikonya.

Pencegahan primer dengan vaksin.

’’Di Indonesia sudah dilakukan pemberian vaksin HPV untuk anak SD kelas 5 dan 6. Untuk usia dibawah 15 tahun, itu diberikan dua dosis.

Sedangkan untuk usia di atas 15 tahun diberikan tiga dosis seperti dosis dewasa,’’ ungkapnya.

Sementara pencegahan sekunder dengan skrining menggunakan metode pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) dan pap smear.

emeriksaan IVA sangat mudah dan dapat dilakukan di puskesmas dengan cara mengoleskan secara langsung asam asetat 3-5 persen pada mulut rahim.

’’Setelah ditunggu kurang lebih satu menit, apabila terlihat bercak putih artinya terdapat perubahan pada sel (displasia).

Maka pasien tersebut akan dirujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Skrining yang kedua dengan metode pap smear.

Ini efektif dan mudah dilakukan untuk melihat adakah sel-sel abnormal pada mulut rahim,’’ jelasnya.

Dokterr Dian juga menjelaskan pentingnya pemeriksaan HPV DNA untuk mengetahui jenis HPV mana yang sudah terpapar ke seorang wanita.

’’Persentase kemungkinan hidup kanker serviks tergantung pada stadium penyakit. Jika masih stadium 1, persentase kemungkinan hidup sampai lima tahun kurang lebih 80 persen.

Untuk stadium IIA kurang lebih 70 persen. Sedangkan untuk stadium lanjut yakni IIB keatas sekitar 45 persen.

Serta stadium akhir IV hanya sekitar 10 persen. Mirisnya, mayoritas pasien baru terdiagnosis kanker serviks di stadium lanjut,’’ terangnya.

Salah satu cara menghindari kanker serviks, dengan menjalani gaya hidup sehat. Menghindari hubungan seksual tidak aman. Vaksin HPV dan menjalani skrining ruin.

’’Pencegahan dan deteksi dini merupakan kunci untuk melawan kanker serviks,’’ tegasnya. (wen/jif/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *