Desakita.co – Kemarau panjang berdampak pada pola tanam petani.
Sebagian petani menunggu intensitas hujan tinggi, sebagian lainnya sudah memulai tanam dengan mengandalkan pengairan dari mesin pompa sejak Desember lalu.
Dinas Pertanian Jombang intens berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
”Jadi, kami setiap minggu berkoordinasi terus dengan BMKG, khawatirnya seperti Desember kemarin, habis hujan lalu kering,” kata Kepala Disperta Jombang M Rony.
Rony menerangkan, tahun ini, target luas tanam padi di Kabupaten Jombang sama seperti tahun sebelumnya, yakni 33.046 hektare.
Sejak Desember lalu, sebagian petani sudah banyak yang memulai tanam karena sudah memasuki musim hujan.
Namun, intensitas hujan belum tinggi sehingga banyak petani mengandalkan mesin pompa untuk mengairi sawah.
”Jadi di pertengahan Desember sudah ada hujan, cuma intensitasnya tidak tinggi. Sudah banyak yang melakukan persiapan tanam,” kata Rony.
Untuk proses tanam padi, lanjut Rony, sebagian petani masih mengandalkan tenaga manusia, sebagian juga banyak yang beralih menggunakan mesin tanam.
”Ada yang pakai tabela (tanam benih langsung) untuk mempersingkat waktu, jadi tidak butuh dicabuti karena langsung menggunakan mesin tanam,” imbuh dia.
Saat ini intensitas hujan sudah tinggi sehingga diperkirakan kebutuhan air untuk pengairan sawah lebih mudah.
”Jadi kami koordinasi terus dengan BMKG, prediksinya sampai minggu kedua itu normal,” imbuh dia.
Diakui, dampak kemarau panjang juga berimbas ke awal tanam.
Saat ini mayoritas awal tanam padi berlangsung pada Januari.
”Yang jelas kita terus koordinasi setiap minggu, khawatirnya seperti Desember kemarin, habis hujan lalu kering,” tutur dia.
Pantauan di lokasi, sejumlah wilayah kini mulai melakukan persiapan.
Mulai dari mengolah sawah dengan membajak, hingga membuat persemaian bibit.
Di Kecamatan Kesamben misalnya, sebagian besar sudah mulai tanam padi. (fid/naz/ang)