Desakita.co – Kerajinan merang untuk sesajen masih di temui di Kabupaten Jombang.
Salah satunya, digeluti Sabar, 47, warga Desa Gabusbanaran, Kecamatan Tembelang, puluhan tahun menjadi perajin merang untuk sesajen.
Hingga sekarang, ia tetap bertahan meski bahan baku makin sulit dicari. Seperti apa?
Dirumahnya, Sabar tampak sibuk dengan jerami padi berwarna cokelat kering itu.
Jerami kering disusun dengan tangan, kemudian ditata dengan bilangan tertentu untuk kemudian diikat menjadi satu.
Ikatan kecil itu, kemudian disatukan dengan ikatan lainnya untuk kemudian menjadi bentuk lebih besar.
Begitulah rutinitas setiap hari yang dilakukan Sabar. Sudah puluhan tahun ia menekuni bisnis merang untuk sesajen ini.
“Fungsinya untuk cok bakal atau tempat sesajen, dan tempat menaruh kemenyan,” ucapnya.
Pembuatan merang dilakukan turun temurun.
Bahkan, dulunya, di Dusun Gabus menjadi sentra pembuatan merang.
“Tapi saat ini tidak banyak lagi, tinggal saya sama satu warga lain yang rumahnya agak ke selatan,” lontarnya.
Membuat merang memang bukan hal yang sulit, Namun, tetap membutuhkan ketelatenan karena cara pengolahan dan pemilihan bahan bakunya harus benar.
“Bahan bakunya sulit, apalagi di Jombang, hampir tidak ada,” ungkapnya.
Bahan baku jerami dari batang padi itu memang bukan batang padi biasa. Batang padi yang bisa digunakan adalah batang padi utuh dengan ukuran panjang.
“Harus dipotong utuh sampai bawah, yang pakai penggiling atau mesin combi tidak bisa. Jadi mencari di wilayah pegunungan, Lamongan dan Bojonegoro,” tambah dia.
Setelah batang padi itu dikeringkan dan dijemur, batang padi dijaga dalam bentuk utuh untuk bisa dibentuk dan ditali.
Barulah kerajinan merang itu dijual. “Kalau penjualan biasanya ke beberapa toko bunga atau toko yang menjual perlengkapan ritual, di Kediri dan daerah selatan,” imbuh Sabar.
Untuk setiap tali produksi, biasanya dihargai dengan Rp 1.000. Hasil kerajinannya biasanya sangat ramai dan laris manis di musim-musim tertentu.
“Biasanya jelang panen atau jelang tanam, karena dipakai cok bakal untuk wiwit, juga di sawah,” pungkasnya. (bin/ang)