Desakita.co – Hujan yang mengguyur wilayah Jombang membuat petani tembakau di utara Brantas ketar-ketir.
Pasalnya, intensitas hujan yang tinggi bisa berdampak buruk terhadap tanaman tembakau.
Di antaranya berpotensi memicu munculnya hama ulat.
Salah satunya diungkapkan Sukiman, petani dari Desa Pagertanjung, Kecamatan Ploso.
Saat ini, tanaman tembaku miliknya baru berumur sekitar satu bulan.
”Karena ketika kena hujan terus-terusan tanaman tembakau bisa layu bahkan mati,” imbuh dia.
Baca Juga: Tersebar Merata di 9 Desa, Ratusan Hektare Tanaman Tembakau di Jombang Mati Akibat Anomali Cuaca
Tak hanya itu, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya saat cuaca tak menentu juga rentan terserang penyakit dan hama. Yang paling dikhawatirkan hama ulat.
”Kadang hujan lalu panas itu biasanya kena hama ulat. Sebenarnya sekarang sudah ada yang kena. Tapi tidak sampai parah,” ujar Sukiman.
Sementara itu Wakil Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jombang Tek Diwanto menuturkan, hujan yang turun di wilayah setempat justru berdampak bagus ke tanaman.
”Sama dengan petani istilahnya dapat subsidi pupuk, malah akan membuat tanaman segar,” kata Tek.
Dampaknya bakal dirasakan ke tanaman empat hari setelah hujan. Karena kondisi tanah kering dan diguyur hujan.
”Hujannya juga tidak besar sehingga tidak sampai menggenang dan itupun sudah cukup,” imbuh dia.
Kendati begitu, berdasarkan laporan dari BMKG yang diterima bakal terhadi musim kemarau basah atau La Nina. ”Makanya tahun ini kita harus berhati-hati dengan cuaca, karena tidak tentu. Kadang panas juga tiba-tiba hujan,” ujar Tek.
Pihaknya juga sudah mengingatkan ke para petani tembakau.
Baca Juga: Jaga Kelestarian Alam, Pemdes Sumberagung Jombang Sinergi Lakukan Tanam Pohon di Lingkungan Desa
Salah satu opsinya bisa memanen tembakau lebih awal, tanpa harus menunggu 80 hari.
”Bahkan sebelum 70 hari bisa dipanen lebih awal, daun kemudian dirajang, ketika pasar sudah dibuka baru diproses lagi untuk dijual,” ujar dia.
Opsi itu menjadi salah satu upaya untuk menyiasati ketika dalam kondisi cuaca tak menentu.
”Istilahnya mengurangi beban, jika terjadi hujan terus-terusan daun sudah dipanen dan dirajang,” kata Tek.
Sebelumnya, anomali cuaca menjadi pukulan telak bagi petani tembakau di utara Brantas.
Dari hasil pendataan yang dilakukan Dinas Pertanian (disperta) Kabupaten Jombang, menemukan 200 hektare lebih tanaman tembakau mati usai diguyur hujan beberapa hari terakhir. Akibatnya, para petani merugi besar.
Kepala Disperta Jombang M Ronny mengatakan, dari hasil pendataan yang dilakukan timnya, tanaman tembakau mati banyak ditemukan di wilayah Kecamatan Plandaan. Tak tanggung-tanggung luasannya mencapai 200 hektare lebih.
”Dari pendataan di lapangan sementara kita temukan sekitar 218 hektare,” kata Rony kepada Jawa Pos Radar Jombang, Kamis (4/7). (fid/naz/ang)