Potensi

Tak Takut Rugi, Petani di Desa Pagerwojo Jombang Justru Tanam Melon di Musim Hujab

×

Tak Takut Rugi, Petani di Desa Pagerwojo Jombang Justru Tanam Melon di Musim Hujab

Sebarkan artikel ini
DIRAWAT: Abdul Rokhim petani melon asal Desa Pagerwojo, Kecamatan Perak saat merawat tanamannya, Jumat (8/12).

Desakita.co – Memasuki musim hujan, sejumlah petani di Desa Pagerwojo, Kecamatan Perak tak seluruhnya menanam padi.

Beberapa di antaranya justru menanam melon. Alasannya, karena harga melon ditaksir naik saat panen nanti.

Salah satunya, dilakukan Abdul Rokhim petani setempat.

Tanaman melon miliknya kini sudah berusia 27 hari.

”Setahun sudah dua kali tanam melon,” kata Rokhim.

Ada banyak alasan dia menanam melon saat musim hujan.

Di antaranya harga jual melon ditaksir tinggi.

”Musim hujan jarang tanam (melon), biasanya harga melon juga naik,” imbuh dia.

Meski begitu, pengalaman tahun sebelumnya risiko tanaman rusak saat musim hujan bakal terjadi.

Sehingga menurut Rokhim, perawatannya lebih ekstra dibanding musim kemarau.

”Dua kali lipat lebih ekstra dari musim kemarau,” ujar Rokhim.

Misalnya, ketika hujan turun maka tanaman harus sering disemprot obat.

Ini dilakukan untuk mengurangi risiko tanaman tak tumbuh normal hingga mati.

”Misalnya malam atau pagi hujan, siangnya harus disemprot. Jadi sekarang nyemprot obatnya setiap hari,” tutur dia.

Akibatnya, biaya operasional juga akan membengkak.

Meski demikian, ia tak terlalu mempersoalkan itu.

”Karena biasanya harga jualnya juga lebih tinggi dari pada kemarau,” lanjut Rokhim sembari menyebut lahan miliknya yang ditanami melon seluas 7.700 meter persegi.

Menurut dia, musim hujan bakal berpengaruh pada produktivitas melon.

Ia menilai hasilnya bakal turun dibandingkan musim kemarau sebelumnya.

”Kalau musim kemarau kemarin dapat 35 ton, mungkin nanti hanya 15 ton saja,” tutur dia.

Kendati begitu, harganya ditaksir bakal naik.

Panen lalu misalnya saat kemarau melon per kilogramnya Rp 8.000 ke penebas.

”Bisa jadi nanti naik tiga kali lipat, karena tahun sebelumnya begitu,” ucap Rokhim.

Sementara itu, Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Perak Fathulloh mengakui, hanya sebagian saja petani yang kini menanam melon saat musim hujan.

”Mayoritas tetap padi, memang masih ada yang melon. Tapi hanya sedikit,” kata Fathul.

Meski begitu, diakui risiko terjadinya kerusakan pada tanaman bisa terjadi.

Mengingat tanaman itu tidak tahan air.

”Pertama paling penting harus dihindari rendaman air, sehingga harus tinggi tanahnya,” imbuh dia.

Selain itu, risiko terserang penyakit menurut Fathul juga tinggi.

”Karena lembab, sehingga dimungkinkan terkena penyakit dan jamur. Tapi, harganya juga tinggi karena pesaing tidak banyak seperti kemarau,” kata Fathul. (fid/ang/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *