Asal-Usul

Menelusuri Sejarah Berdirinya Balai Wartawan Jombang: Diresmikan Tahun 1974, Tonggak Sejarah Lahirnya Pers di Jombang

×

Menelusuri Sejarah Berdirinya Balai Wartawan Jombang: Diresmikan Tahun 1974, Tonggak Sejarah Lahirnya Pers di Jombang

Sebarkan artikel ini
BALAI WARTAWAN: Tempat para pewarta Jombang berkumpul pada 1974 (dok. Humas Pemkab)

Desakita.co – Momentum Hari Pers Nasional (HPN) diperingati setiap tanggal 9 Februari.

Tidak hanya di lingkup nasional, di tingkat daerah insan pers juga memperingati HPN sebagai salah satu pijakan pers di tanah air.

Sebelum ditetapkan Presiden Soeharto melalui Keppres No 5 Tahun 1985 tanggal 23 Januari 1985 sebagai HPN, tanggal 9 Februari merupakan hari ulang tahun (HUT) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Meskipun belum ditetapkan sebagai HPN, peringatannya tetap dibarengkan dengan HUT PWI setiap tahun.

Sebelum tahun 1974, para wartawan yang meliput berita di Jombang belum mempunyai tempat berkumpul yang representatif.

Karena itu, Pemkab Jombang berinisiatif untuk memberikan fasilitas berupa bangunan permanen sebagai kantor bagi para wartawan anggota PWI.

Di antara kompleks bangunan pemerintahan di sepanjang Jalan KH Wahid Hasyim, salah satu gedung yang hingga kini masih bertahan adalah Graha Media Jombang.

Gedung yang bernama Graha Media inilah yang sebelumnya dikenal sebagai Balai Wartawan.

Informasi yang dihimpun, Balai Wartawan Jombang diresmikan pada peringatan HUT PWI ke-28 9 Februari 1974 silam.

“Dulu peresmiannya juga dibarengkan dengan gedung studio RKPD (Radio Khusus Pemerintah Daerah),” terang Moch. Faisol, penelusur sejarah Jombang.

RKPD terletak bersebelahan dengan Balai Wartawan. Tepatnya, berada di antara gedung Pengadilan Negeri (PN) Jombang dan kompleks RSUD Jombang.

Gedung tersebut berada di lahan milik Pemkab Jombang yang kini jadi aset milik Dinas Kominfo Kabupaten Jombang.

Faisol menjelaskan, dari dokumentasi beberapa foto hitam putih koleksi Humas Pemkab Jombang tahun 1974.

Terlihat bangunan ini membujur dari arah timur ke barat yang awalnya masih sederhana.

Berbentuk gedung empat persegi panjang satu lantai dengan satu pintu dan dua jendela menghadap ke barat.

Ada dua pintu dan empat jendela menghadap ke arah selatan. Berukuran sekitar lebar 7 meter dan panjang 15 meter dengan hiasan batu alam di dinding depan dan samping utara. Di pojok depan selatan, terdapat plakat bertuliskan Balai Wartawan.

“Sampai akhir tahun 1970-an, yang beraktifitas di sini belum banyak, karena jumlah wartawan juga terbatas,” lanjutnya.

Media cetak yang eksis saat itu hanya beberapa koran dan majalah saja. Misalnya Djawa Pos (kini menjadi Jawa Pos), Duta Masyarakat, Kompas, Bhirawa dan Berita Yudha.

Koleksi koran lama Djawa Pos bisa dilihat di kantor Jawa Pos Radar Jombang. Salah satunya edisi terbitan hari Rabu Wage, 23 Oktober 1968.

Harian Djawa Pos kala itu hanya terbit sebanyak empat halaman saja. Bentuknya masih lebar, karena terdiri dari delapan kolom per halamannya.

Sementara nama-nama wartawan di Jombang pada dekade 1980-an seperti HM Syifa (Duta Masyarakat), Soetomo.

Abdur Rahman Rosyid, Isman Muklisin (Bhirawa), Sukardi (Jawa Pos) dan fotografer Sunjoto alias Koh Sun. Satu-satunya fotografer pers di Jombang saat itu hanya Koh Sun.

“Kebetulan Koh Sun ini juga pemilik studio foto Ria di Jalan Veteran (RE Martadinata),” terangnya.

Aktifitas dua wartawan, Soetomo dan Sunjoto terlihat dari dokumentasi foto tahun 1972. Mereka berdua bertugas meliput acara pelepasan kontingen Transmigran Pramuka (Transpram) di Pendopo Kabupaten Jombang.

Bangunan Balai Wartawan akhirnya dirombak total pada 2014, lalu direnovasi ulang pada 2023.

Dijadikan dua lantai yang bentuknya menyerupai kamera dengan bulatan besar mirip lensa, di bagian atas.

Bentuk lensa dari kamera ini sebagai simbol kerja jurnalistik yang dilakukan para wartawan.

Nama Balai Wartawan kini memang tidak dipakai lagi setelah gedung direnovasi. Namanya berganti menjadi Graha Media Jombang.

Tempat berkumpulnya sejumlah wartawan dari media cetak, online maupun televisi dari berbagai latar belakang dan organisasi.

Sedangkan organisasi wartawan PWI Jombang sendiri mengalami pasang surut. Sempat eksis lalu pernah juga vakum kepengurusannya.

Saat PWI vakum, dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) Wartawan Jombang. Pada 2009, setelah beberapa tahun vakum, PWI bangkit kembali hingga saat ini.

Beberapa nama wartawan yang pernah menduduki jabatan sebagai Ketua PWI Jombang antara lain Abdur Rahman Rosyid, Shodiq Syarief (1996 – 1999).

Noer Fatah Syafi’i (Pokja Wartawan), Jalaludin (2009 – 2013), Yusuf Wibisono (2013 – 2016), Sutono (2016 – 2020), Sutono (2020 – 2024) dan M Mufid (2024 – 2027). (ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *