KulinerPotensi

Upaya Desa Balongbesuk, Jombang Kembangkan Sentra Sego Kikil Pincuk

×

Upaya Desa Balongbesuk, Jombang Kembangkan Sentra Sego Kikil Pincuk

Sebarkan artikel ini

Desakita.co – Desa Balongbesuk, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang kini ditetapkan sebagai Sentra Sego Kikil.

Tersebar di dua dusun dengan memiliki 16 pedagang yang tergabung dalam Paguyuban Sego Kikil Jombang. Pemdes bakal memfasilitasi program melalui BUMDes Barokah.

Kades Balongbesuk M Saifur mengatakan, desa yang dipimpinnya memiliki dua dusun. Yaitu Dusun Mojosongo dan Dusun Balongbesuk.

Sejak dulu, sego kikil sudah terkenal di Dusun Mojosongo. Seiring berjalannya waktu, dua dusun kini sudah memiliki penjual sego kikil. Menyusul ditetapkannya Desa Balongbesuk sebagai sentra kuliner sego kikil, 31 Agustus 2023.

”Ada 16 pedagang dan sudah masuk paguyuban, zona khasnya ada di Mojosongo dan Balongbesuk,” katanya.

Sejak ditetapkan menjadi sentra sego kikil, pihaknya terus berupaya mengembangkan ekonomi kerakyatan warganya. Di antaranya memfasilitasi setiap program.

”Kemarin melalui anggaran desa kita adakan pelatihan ke pedagang bagaimana cara pengemasan dan kita berikan bantuan alat atau sarana prasarana,” imbuh dia.

Paling anyar, direncanakan sentra sego kikil juga akan dikembangkan melalui BUMDes Barokah. Fokus ke unit pemasaran juga memfasilitasi kebutuhan bahan. ”Jadi suplai bahan baku nanti bisa melalui BUMDdes,” ujar Saifur.

Sementara itu, Pembina Paguyuban Sego Kikil Jombang M Shalahuddin, menyambut baik rencana program yang difasilitasi BUMDesa tersebut.

Melalui dukungan pemdes, banyak keuntungan yang bakal didapat pedagang. ”Secara keuntungan adanya paguyuban, kita juga sudah menerima bantuan alat, lalu ada pelatihan dari desa,” kata Cak Sholeh sapaan akrabnya.

Dijelaskan, perjalanan terbentuknya paguyuban ini diinisiasi para pedagang September. Baru terbentuk 22 Oktober lalu.

”Pedagang yang berjualan juga beda-beda, siang hari buka mulai pukul 11.00 lanjut sampai malam hari, sementara yang buka sore mulai pukul 15.00- 24.00. Atau seringkali mereka tutup sebelum jam itu, karena porsi yang disiapkan sudah habis terlebih dahulu,” imbuhnya.

Harga setiap porsinya juga berbeda. Paling murah dijual Rp 14.000 per porsi, hingga Rp 35.000 per porsi. Itu belum termasuk tambahan lauk yang diinginkan.

”Yang membedakan ini tentu banyak sedikitnya kikil, lalu besar kecilnya lauk dan yang pasti tempat mereka berjualan. Karena lokasi jualan juga ikut menentukan segmentasi pembeli,” beber dia.

Terpisah, Djumaidah salah satu pedagang, mengaku generasi kedua keluarga yang berjualan sego kikil. ”Jadi ibu mulai jualan 1975, saya meneruskan 1983,” ujarnya.

Dia mulai buka warung pukul 14.00-02.00. Biasanya dalam sehari terjual hingga 100 porsi. ”Di sini Rp 18.000 per porsi belum termasuk tambah lauk,” pungkasnya. (fid/bin/ang)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *