Lifestyle

Cerita Fitriah Susanti Warga Desa Cukir, Diwek Jombang (1): Bisa Sukses Berkarir Tanpa Mengabaikan Peran Ibu

×

Cerita Fitriah Susanti Warga Desa Cukir, Diwek Jombang (1): Bisa Sukses Berkarir Tanpa Mengabaikan Peran Ibu

Sebarkan artikel ini
Fitriah Susanti SPdI MPd warga Desa Cukir Kecamatan Diwek Jombang.

Desakita.co – Bagi Fitriah Susanti SPdI MPd ASN Kemenag Jombang asli Dusun Tebuireng, Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang pendidikan sangat penting bagi seorang wanita.

Selain menunjang dalam karier, pendidikan juga sangat dibutuhkan wanita dalam mendidik anak-anaknya.

Selain itu, wanita harus bisa mandiri.

”Tidak bisa disamakan seperti dulu, bahkan beberapa bu nyai memang menyarankan wanita itu harus memiliki penghasilan sendiri,” kata Fitriah.

Penyelenggara Zakat dan Wakaf Kantor Kemenag Jombang mengaku sudah meniti karier sejak 2008.

Setelah lulus S1 PAI (Pendidikan Agama Islam) di Ikaha Tebuireng (sekarang Unhasy) pada 2007, ia mengikuti seleksi CPNS Kemenag dengan formasi penyuluh agama.

Saat itu ia melihat ada peluang besar dan tak mau menyia-nyiakannya begitu saja. Ia pun menyiapkan diri dengan baik sebelum tes. Hasilnya, ia dinyatakan lolos tes.

”Penempatan pertama di KUA Bandarkedungmulyo,” kata warga Jl Irian Jaya Tebuireng Gang 1 Desa Cukir, Kecamatan Diwek.

Setelah delapan tahun di Bandarkedungmulyo, ia kemudian dimutasikan tugas ke KUA Jogoroto, hingga lima tahun, dan kini ia ditempatkan di Kantor Kemenag Jombang.

Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan suaminya, Miftahul Sobirin SHI MPd.

”Karena posisinya sudah bekerja, jadi saat membangun komitmen, suami juga harus mengerti segala konsekuensinya, potensi yang kita kembangkan juga harus dipahami pasangan kita, alhamdulillah sejak dulu sampai sekarang, suami saya sangat mendukung,” katanya.

Menurutnya, menjadi wanita karier baik, dengan catatan tidak melupakan kodratnya sebagai sebagai ibu dan seorang istri.

Setelah sempat tertunda-tunda karena hamil, Fitriah melanjutkan pendidikan jenjang S2 di Unhasy dan lulus pada 2020.

”Anak bungsu saat itu masih usia 6 bulan, nekat S2, jadi kadang ngerjain tugas sambil gendong,” kenang Fitriah.

Menurutnya, wanita harus memiliki bekal pendidikan yang cukup.

Pendidikan tidak hanya dipakai untuk menunjang kariernya, namun juga sebagai bekal untuk mendidik anak-anaknya.

”Seperti apa anak kita kelak, tergantung cara mendidik kita sekarang. Kalau anaknya pintar, tidak perlu jauh-jauh, lihat saja ibunya seperti apa,” ungkap wanita kelahiran Jombang, 23 Juni 1985 tersebut.

Fitriah bersyukur saat ini sudah dikaruniai empat anak. Sebagai wanita karier, ia dituntut pandai mengatur waktu antara tugas kantor dan tugas di rumah.

Sebelum subuh, ia sudah membangunkan anak-anaknya untuk salat Subuh berjamaah.

Setelah itu, ia menyiapkan seluruh keperluan sekolah anak-anaknya, termasuk menyiapkan sarapan.

”Jam 07.00 WIB siap semua, saya berangkat ke kantor,” ungkapnya. Saat libur kerja, ia juga meluangkan waktu mengantarkan anak-anak ke sekolah.

”Anak anak kan di madrasah, liburnya Jumat, sedangkan saya liburnya Sabtu dan Minggu, jadi sering antar jemput kalau pas saya libur,” ungkapnya. (wen/naz/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *