Desakita.co – Bagi Fitriah Susanti, warga Desa Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang anak adalah anugerah.
Selain mencurahkan kasih sayang, ia juga sangat memperhatikan terkait pendidikan keempat anaknya, terutama pendidikan agama.
”Pendidikan agama bagi anak adalah yang nomor 1, paling penting,” ungkap Fitriah.
Anak pertamanya Sabila Nada Iltafa kini tinggal di pondok pesantren, anak kedua dan ketiga M Syarifu Rayyan Alifi dan M Jamaludin Faris Hidayatullah duduk di bangku madrasah Ibtidaiyah, sedangkan Syifa Nawal Nadhifah masih duduk di jenjang PAUD.
Keempat anaknya memiliki karakter yang berbeda-beda, namun, dalam hal penanaman karakter ia samakan.
eperti melakukan pembiasaan salat jamaah lima waktu bersama keluarga. Setelah salat Magrib, dibiasakan untuk mengaji dan belajar.
”Meski sore sudah TPQ, tapi di rumah tetap saya biasakan nderes,” jelasnya.
Ia berusaha untuk memberikan pendidikan teladan melalui contoh kegiatan sehari-hari yang ia lakukan.
Sebab, orang tua adalah figur utama yang biasanya dicontoh anak-anak. Anak pertamanya tinggal di pondok.
Sejak kelas 5 MI, ia sudah memberikan gambaran tentang pondok pesantren kepada anaknya.
Jika tinggal di pondok pesantren itu asyik, memiliki banyak teman, bisa pintar mengaji.
Sebab, pendidikan agama bagi Fitri merupakan fondasi untuk kehidupan anak ke depannya.
”Kepada anak kedua dan ketiga juga sama, yang sekarang masih MI, saya cerita tentang pondok pesantren itu bagaimana, apa saja enaknya kalau tinggal di ponpes, biar mereka juga seperti kakaknya,” katanya.
Pendidikan agama dikuatkan sejak dini, sebab akan menjadi bekal dalam masa depan anak-anaknya.
Pandai dalam keilmuan apa pun, harus disandingkan dengan tingginya ilmu agama.
”Selain itu harapan saya sebagai orang tua, adalah anak-anak yang bisa mendoakan orang tuanya,” jelasnya.
Sebagai wanita karier, ia berupaya untuk dekat dengan anak-anaknya.
Salah satunya dengan fokus merawat anak ketika di rumah.
Sebisa mungkin ia berusaha untuk tidak membawa pekerjaan pulang ke rumah, kecuali urusan-urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan.
Cara lain yang ia lakukan agar dekat dengan anak-anaknya yaitu dengan mendampingi belajar.
Dengan begitu ada waktu untuk komunikasi, menanyakan tentang kegiatan anak selama di sekolah, cerita tentang pertemanan, pelajaran, dan lain sebagainya.
”Anak-anak tidak ada yang les, jadi saya yang mendampingi belajar, nah saat itu kami berbincang, saling cerita,” pungkasnya. (wen/naz/ang)