Lifestyle

Sri Rahayu Wanita Karir Asal Kelurahan Kaliwungu Jombang (1): Wanita Harus Mandiri, Tak Boleh Berpangku Tangan

×

Sri Rahayu Wanita Karir Asal Kelurahan Kaliwungu Jombang (1): Wanita Harus Mandiri, Tak Boleh Berpangku Tangan

Sebarkan artikel ini
Sri Rahayu Kabid Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Dinas Perkim Jombang

Desakita.co – Wanita tak boleh berpangku tangan dengan orang lain termasuk suami sendiri.

Begitu kata Kabid Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Dinas Perkim Jombang Sri Rahayu, ST. Menurutnya, penting bagi wanita bisa mandiri dalam hal apa pun.

”Menjadi mandiri itu sangat penting, sama pentingnya pendidikan untuk wanita,” kata Yayuk, sapaan akrabnya.

Warga Kelurahan Kaliwungu, Kecamatan Jombang ini memulai pendidikannya di SDN Kaliwungu 1, kemudian melanjutkan ke SMPN 2 Jombang, dan ke SMAN 2 Jombang.

Setelah tamat SMA, ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Universitas Brawijaya jurusan Teknik Pengairan.

Setelah lulus tahun 1997, ia bekerja di Surabaya di perusahaan bidang konsultan. Kurang lebih tiga tahun ia bekerja di Surabaya.

Setelahnya, sang ibu meminta ia pulang dan melamar sebagai CPNS. Yayuk ikut dan lolos.

Yayuk membuktikan kegigihannya sebagai wanita mandiri yang tak menyerah untuk mendapatkan masa depan lebih baik.

”Awal lulus saya ikut tes CPNS, gagal. Beberapa kali ikut di luar kota juga gagal, alhamdulillah malah di Jombang sendiri yang diterima,” kata ibu dua anak ini.

Ia mulai bekerja di Dinas Pengairan Kabupaten Jombang saat itu, tahun 2002. Saat itu juga pola hidupnya berubah, tanggung jawabnya sebagai ASN dipegang teguh.

Tugas kantor adalah prioritas yang utama.

Itu juga yang ia bawa sampai sekarang. Selain tanggung jawabnya sendiri di kantor, ia juga merupakan ketua TP PKK Kecamatan Kudu, dan ketua DWP Kecamatan Kudu.

Kesibukannya di Kecamatan Kudu juga cukup padat. Namun, di luar kesibukannya sebagai pengurus organisasi, pekerjaan kantornya tetap yang jadi prioritas.

”Jadi harus bisa mengatur waktu, saat ada senggang, sebisa mungkin saya ikut kegiatan di Kudu, tapi kalau tidak bisa ditinggalkan pekerjaannya, ya itu yang tetap diprioritaskan,” jelas wanita kelahiran 1 November 1972 ini.

Menjadi wanita karier tak lepas dari risiko yang harus ditanggung. Salah satunya adalah waktu untuk ketiga anaknya.

Sejak kecil, agar anak-anak tetap mendapatkan penjagaan yang optimal, sekolah full day yang menjadi pilihannya.

”Sebagai wanita karier, pasti harus ada yang dikorbankan, jadi anak-anak sejak kecil sudah saya sekolahkan di fullday,” ungkapnya.

Ia tetap meluangkan waktu untuk anak-anaknya, salah satunya dengan jalan-jalan bareng.

Ia sering mengisi waktu libur panjangnya dengan jalan-jalan ke wisata alam, seperti pantai, pegunungan untuk membangun komunikasi dengan anak-anaknya, membangun kekompakan keluarganya.

”Saya suka sekali jalan-jalan ke wisata alam begitu, untuk refreshing, kalau sekarang paling setahun sekali, mencocokkan jadwal dengan anak-anak gitu sulit sekali, apalagi yang besar sekarang sudah kuliah,” jelasnya.

Dalam hal pendidikan, itu merupakan yang utama bagi Yayuk. Baik laki-laki maupun anak perempuannya memiliki kesempatan menempuh pendidikan yang sama.

Yayuk bukan tipe ibu yang suka memaksakan keinginannya pada anak.

Sebab, yang akan menjalani kehidupan ke depan adalah anak-anaknya, sehingga sebagai orang tua, ia hanya bersifat mengarahkan.

”Ya kebetulan anak-anak itu suka teknik. Yang paling besar kuliah arsitek di ITS, itu bukan saya yang minta, kebetulan anak-anak sendiri, memiliki keinginan kuliah teknik seperti orang tuanya,” ungkapnya.

Ia menekankan pada anak-anaknya agar bersungguh sungguh dalam menempuh pendidikan.

Sebab, pendidikan sangat penting, tidak hanya untuk sukses karier juga bekal membina kehidupan rumah tangga kelak. (wen/naz/ang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *