Desakita.co – Keuletan Riyanto, 64 warga RW 03, kelurahan Kaliwungu, Kecamatan Jombang dalam memanfaatkan ruang untuk berhemat listrik patut dicontoh.
Setelah pensiun 2020 lalu, ia fokus membuat eksperimen pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) mini di rumahnya. Kini jerih payahnya membuahkan hasil.
Sejak purna tugas sebagai guru ketrampilan elektro (sekarang; prakarya) di SMPN 3 Jombang 2020 lalu, ia menyibukkan diri dengan membuat PLTS mandiri di rumahnya.
Instalasi PLTS bikinan Riyanto cukup banyak. Ia membuat lantai atas rumahnya laiknya bengkel listrik.
Beberapa komponen kelistrikan ada.
Mulai power inverter, MCB, solar charger controler (SCC) dan beberapa baterai yang berukuran besar.
”Ini instalasi yang saya rakit mulai 2019 sampai sekarang,’’ terangnya, sembari membawa tespen listrik di tangan kanannya.
Bapak dua anak ini menceritakan, mendapat ketrampilan elektronik dari kuliahnya di IKIP Yogyakarta D1 Ketrampilan Teknik.
Kemudian berbekal pengetahuan dari Youtube dan sumber online lainnya. Keinginannya membuat PLTS di rumahnya berawal dari keribetannya saat berkebun.
Awalnya, ia menyebut ia kesulitan mengairi sawah saat pakai diesel. Menurutnya, diesel itu ribet, saat bawa pulang pergi belum lagi kalau tidak nyala.
“Kemudian saya buka YouTube untuk mencari informasi tentang pemanfaatan tenaga surya. Saya memberanikan diri membeli panel surya kecil kapasitas 20 WP (watt peak) dua buah,” ujar dia.
Setelah belajar bertahap, ia menambah panel surya dengan kapasitas yang lebih besar. Iapun memutuskan membeli panel surya ukuran 100 wp dengan harga Rp 700 – Rp 800 ribu di pasar online.
Tak hanya itu, ia juga membeli beberapa perangkat lainnya untuk tambahan instalasi PLTS di rumahnya.
”Setelah terkumpul, saya coba terapkan instalasi PLTS on grid atau yang masih menggunakan sumber daya utama dari listrik PLN,’’ jelasnya.
Semula, ia berfikir PLTS on grid yang dibuat karena biaya untuk membuat PLTS off grid memakan biaya cukup tinggi. Karena memerlukan baterai tambahan untuk penyimpanan daya.
”Kalau saya gunakan instalasi off grid tidak punya uang. Apalagi jumlah panel kurang untuk mencukupi kebutuhan listrik di rumah,’’ terangnya.
Dia menjelaskan, produksi listrik di rumahnya untuk kulkas dan tiga lampu sekitar 150 watt atau 3.600 watt jika menyala 24 jam nonstop.
Sedangkan, dari hasil tenaga surya bisa menghasilkan 6.000 watt per hari. Dengan estimasi perhitungan 1.200 per baterai dari total lima baterai. Sehingga masih ada sisa daya cukup banyak dari hasil PLTS.
”Karena memiliki sisa daya cukup banyak, meteran PLN di rumah saya sempat mengalami kemunduran dan rusak, sehingga harus diganti baru. Begitu pula sistem PLTS harus diganti dengan sistem PLTS off grid. Kemudian sempat saya bongkar dan memanggil petugas PLN,’’ jelas dia.
Waktu berjalan, iapun mendapat arahan dari PLN jika boleh menggunakan PLTS on grid asalkan daya yang diambil maksimal 20 persen dari daya terpasang.
Baca Juga: Inovatif ! Kelurahan Jombatan, Jombang Punya Program Sepakat Kerjo
Artinya, jika daya listrik yang terpasang 900 watt maka PLTS hanya 200-250 watt.
”Tapi saya tidak menggunakan on grid. Melainkan saya ubah jadi off grid dan menambah lagi panel surya,’’ jelasnya lagi.
Dari hasil instalasi PLTS di rumahnya, Riyanto bisa menyalakan satu kulkas dan tiga lampu selama 24 jam nonstop.
Estimasi itu, jika kondisi terik berlangsung sepanjang hari seperti beberapa bulan terakhir.
Namun jika terjadi mendung dan tidak ada terik matahari, maka kulkas dan tiga lampu menyala kurang dari 24 jam.
”Kalau cuaca panas seperti sekarang bisa menghasilkan listrik 90 persen, kalau mendung hujan, bisa 70 persen,’’ jelas pria kelahiran 18 Desember 1959 ini.
Sebelum ada PLTS, ia mengeluarkan sekitar Rp 200 ribu untuk pembayaran listrik. Namun, sekarang ia bisa menghemat hingga 65 persen.
”Sejak ada ini, berkurang sampai Rp 125 ribu, jadi bayar listrik PLN hanya Rp 75 ribu per bulan,’’ paparnya.
Disinggung soal biaya pembuatan PLTS? Riyanto mengaku membeli secara bertahap lewat pasar online. Namun jika dikumpulkan estimasi hitungan total mencapai Rp 25 juta.
”Kemungkinan Rp 25 juta. Tapi tidak terasa, karena membelinya bertahap sampai empat tahun,’’ papar bapak dua anak ini.
Dijelaskan, proses PLTS mini bekerja berawal dari terik surya yang ditangkap panel.
Setelah itu, energi yang dihasilkan panel masuk ke Miniature Circuit Breaker (MCB) alias pemutus arus listrik.
MCB berfungsi membagi arus listrik dari panel ke baterai. Setelah melalui MCB, listrik akan dilairkan ke SCC sebelum akhirnya diturunkan ke baterai.
”Di SCC ini diatur tegangannya, dari 18 volt diturunkan jadi 14 volt. Tegangan 14 volt itu mengisi ke baterai, karena kalau langsung turun 18 volt baterai tidak kuat,’’ pungkasnya. (ang/bin/riz)