Lifestyle

Digerudug Banser

×

Digerudug Banser

Sebarkan artikel ini

Oleh: Pj Bupati Jombang Sugiat

Desakita.co –  Setengah tahun kurang lebih menjalankan tugas sebagai Pj Bupati Jombang kampung halaman saya sendiri rasanya keterpanggilan menjaga amanah penugasan mampu mengalahkan semuanya. Termasuk tidak ada istilah lelah dalam menjalankan tugas.

Entah energi apa sejatinya yang memotivasi saya. Rasanya tidak sesederhana untuk dengan mudah bisa disimpulkan.

Semacam kombinasi keterpanggilan memberikan manfaat sebanyak mungkin.

Bukankah _khoirunnas anfauhum linnas_, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi lingkungannya.

Disamping rasa sayang kepada masyarakat Jombang yang merupakan saudara sekampung halaman, paling tidak itu yang saya rasakan sebagai orang Jombang perantauan selama ini.

Di tulisan sebelumnya saya menandainya dengan rasa persaudaraan dan pelayanan.

Saya memang berniat menuliskan setiap yang saya rasakan dan alami sebagai media dialog dan sekaligus bentuk tanggung jawab saya kepada masyarakat Jombang yang saya pimpin.

Melalui publikasi tulisan di media yang bisa ikut diketahui masyarakat.

Sekaligus sebagai bentuk kepemimpinan terbuka dialog dan responsif yang saya terapkan.

 

Digerudug Banser dan Gerakan Pemuda Ansor

Jumat malam jam tangan saya telah menunjukkan pukul 19.15 WIB ketika saya baru saja mamasuki jalan tol Surabaya-Mojokerto.

Setelah satu malam mengikuti rapat kerja di luar kota, saya mendapatkan kabar ibu mertua kawan saya meninggal dunia.

Innalillahi wainnaillaihi rojiun kalimat itu terucap lirih dalam batin saya.

Seperti monumen hidup yang mengingatkan diri saya sebagai seorang muslim sekaligus manusia Jawa yang harus ingat asal dan kembalinya makhluk yaitu dari dan menuju Allah SWT.

Orang Jawa menyebutnya _eling sangkan paraning dumadi_.

Segera saya berniat takziah ke Desa Janti Kecamatan Papar Kabupaten Kediri.

Untuk ikut memberikan ungkapan duka cita atas berpulangnya ibu dari kawan saya disana.

Waktu termasuk sesuatu yang mewah jadi sesibuk apapun saya selalu berusaha sempatkan bisa berikan waktu untuk hal-hal kebaikan terutama menyambung silaturahim.

Selama perjalanan dari luar kota, di dalam mobil pikiran saya terus teringat ibu saya yang sudah kapundut tahun 2018.

Juga ayah saya yang sudah mendahului ibu saya berpulang ke rahmatullah saat saya masih berusia 3 tahun.

Terlebih hal yang membuat saya teringat kejadian itu kembali adalah saat itu adik saya masih berusia 3 bulan.

Saya segera tersadar dari memori masa lalu, ketika mobil dinas sudah memasuki pendopo.

Setelah mandi dan ganti baju, saya beserta istri yang didampingi seorang ajudan atau ADC (_Aide de Camp_) sebuah istilah di dunia militer untuk ajudan, dengan ditemani _driver_ kami segera meluncur ke rumah duka.

Jam di tangan menunjukkan pukul 21.00 WIB ketika mobil sampai di halaman rumah duka.

Disambut oleh teman beserta istri dan ayah mertuanya, saya mengucapkan turut berduka cita. Setelah itu kami ngobrol _ngalor_ _ngidul_ sambil bercanda mengingat masa lalu pada waktu sama-sama Latsarmil (Latihan Dasar Militer).

Perbincangan terasa makin _gayeng_ terlebih karena sudah lama kami tidak bertemu terutama sejak saya tugas jadi Kabinda Sulawesi Barat.

Tidak terasa hampir satu jam lebih berbincang, saya beserta istri harus pamit karena terus terang badan ini terasa penat setelah hampir seharian melakukan perjalanan.

Dalam perjalanan pulang istri minta mampir di warung yang biasa kita makan nasi pecel.

Warung Sudi Mampir yang letaknya kira-kira 300 meter dari Pasar Gudo ke arah barat.

Warungnya Bulik Kasiati dari Demangan kata teman alumni SMP.

Saya pesan nasi pecel dicampur kuah kikil, istri juga pesan yang sama. _ADC_ dan _driver_ saya tidak begitu perhatikan pesan apa.

Sedang asyik menikmati nasi pecel, berdatangan sejumlah pemuda dengan menggunakan baju seperti jas warna hijau dan ada juga yang memakai baju loreng khas ormas.

Ternyata mereka adalah para pemuda yang tergabung dalam Ansor dan Banser.

Waduh ada apa ini kok digerudug Banser ?

Awalnya sahabat Banser/Ansor tidak menyadari saya sedang makan disitu, dan mungkin saja karena kurang lebih setengah tahun menjadi Pj Bupati belum banyak dikenal.

Terlebih _mindset_ saya biasa kemana-mana tanpa mau dikenali dan heboh.

Kami biasa menjadi pekerja senyap di komunitas intelijen yang menjadi latar belakang profesional saya sebelumnya.

Namun nampaknya mereka menyadari keberadaan _ADC_ di warung yang akhirnya membuat mereka menyadari kalau ada Pj Bupati tengah malam andok sego pecel.

Kelakar pun bermunculan. Suasana mencair dalam obrolan bersama dan canda tawa.

Diskusi santai sambil makan sego pecel pun terjadi. Suasana sudah terlanjur jadi diskusi _tiban_ di warung sego pecel.

Saya pun menyampaikan beberapa program kerja termasuk program bangga akan produk lokal (diantaranya kopi Wonosalam).

Sebagai Pj Bupati saya mengajak seluruh generasi muda khususnya kalangan Ansor dan Banser juga yang lain untuk terlibat aktif dalam upaya membangun Jombang dengan mengemukakan ide-ide, gagasan-gagasan yang inovatif dan cemerlang.

Saya terbuka dan siap kapan pun selama 24 jam untuk bersama-sama memikirkan masa depan Jombang yang lebih baik.

Saya merasa sahabat-sahabat seperti Ansor dan Banser ini talenta pemuda yang luar bisa.

Di saat teman-teman sebayanya cangkrukan di kafe atau warung kopi karena kebetulan malam itu adalah malam libur, mereka ternyata sedang menggelar rapat di Ranting Brambang PAC Kecamatan Diwek.

Rapat yang dihadiri PAC ini untuk membahas program-program organisasi.

Wah banyak partner sebenarnya untuk lebih cepat memajukan Jombang batin saya.

Inilah potret Jombang Kota Santri yang dinamikanya luar biasa pikir saya.

Tidak heran jika Jombang banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional, seperti Hasyim Asy’ari, A. Wahid Hasyim, Wahab Chasbullah, Nurcholis Madjid, hingga Emha Ainun Najib.

Bahkan punya putra daerah yang menjadi presiden yaitu KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Sebagai Pj Bupati rasanya saya masih belum berbuat banyak untuk daerah kelahiran tercinta ini.

Saya kembali tertantang untuk terus giat menggali potensi dan talenta yang ada.

Terima kasih telah digerudug Banser dan Pemuda Ansor.

Makin terbuka mata hati saya, ternyata banyak talenta untuk berjuang bersama memajukan dan memakmurkan Jombang.

Saya semakin yakin bahwa kaum muda lain masih sangat banyak.

Ayo kita giatkan berjuang bersama.

Meski sisa waktu jabatan tidak lama lagi memimpin Jombang, saya akan tetap bertekad memberikan yang terbaik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *