Desakita.co – Riska Uzlifah SPd merupakan guru berprestasi yang mengajar di SMKN Gudo.
Tidak hanya lihai dalam membuat karya ecoprint dan desain yang ciamik, Riska juga merupakan penulis yang andal. Terbukti ia sudah berhasil menghasilkan lima karya buku.
”Saya memang suka menulis. Bagi saya tulisan adalah pengingat.
Harapannya karya saya bisa bermanfaat juga untuk orang lain khususnya siswa SMKN Gudo,” ungkapnya.
Riska memulai pendidikan di MIN 1 Jombang (1994), kemudian melanjutkan di SMP Muhammadiyah 1 Jombang (1997), dan ke SMKN 2 Jombang jurusan Tata Busana (2000).
Sebelumnya, Riska tak memiliki hobi di bidang tata busana. Ia hanya mematuhi perintah orang tuanya.
Harapannya, dengan memiliki keterampilan, jika nanti setelah lulus SMK tidak melanjutkan kuliah, maka Riska bisa bekerja. ”Tiga hari saya masuk SMKN 2 Jombang, ayah saya meninggal.
Baca Juga: Intip Profil Sunarsih Atlet Softball Nasional yang Kini Jadi Guru di SMPN Sumobito Jombang
Sejak saat itu saya mulai bersungguh-sungguh belajar dan bertekad melanjutkan pendidikan, hingga akhirnya sekarang menjadi guru,” kata ibu dua anak ini.
Ia kemudian kuliah di Unesa Jurusan Tata Busana, lulus tahun 2004.
Ia langsung mengikuti tes CPNS dan lolos. Per April tahun 2005, ia resmi diangkat di SMKN Gudo sampai sekarang.
Keinginannya untuk belajar tidak berhenti. Riska merupakan lulusan guru penggerak angkatan kedelapan.
Di bangku kuliah, ia belajar semua hal soal tata busana, mulai dari desain, juga pola, termasuk membuat busana sendiri.
Menurutnya semua menarik, namun karena di sekolah, ia mendapatkan tugas mengajar produk kreatif dan kewirausahaan. Hal itu juga mengharuskannya untuk belajar lagi untuk siswa.
Karena tugasnya cenderung membuat produk kreatif, ia belajar banyak pada rekayasa textil.
Tujuannya agar bisa mengajarkan siswa, misal kain berwarna putih polos dari berbagai jenis bisa menjadi menarik dan bernilai jual tinggi dengan berbagai teknik, seperti ecoprint, shibori, kain yang dihasilkan selalu eksklusif, tidak pasaran, hingga proses desain dan jadi produk siap jual.
Baca Juga: Profil Soeharto Ketua PMI Kabupaten Jombang: Perintis Berdirinya PMI Jombang, Aktif Sejak 1980
”Agar siswa bisa membuat produk krteatif dan layak jual, saat itu saya belajar ecoprint,” jelas wanita kelahiran Mojokerto, 9 Juli 1982 tersebut.
Belajar ecoprint, membuat Riska punya dunia baru. Ia di sana bertemu dengan komunitas ikatan designer ecoprint Indonesia. Riska bergabung dan ikut pendidikan.
”Tapi tidak maksimal karena suami saya meninggal satu tahun yang lalu,” jelasnya.
Meski merasa tak maksimal, Riska berhasil mengikuti fashion show di Jakarta tahun 2023, memamerkan ecoprint karyanya lengkap dengan desain yang ia buat sendiri.
Hampir 15 tahun menjadi guru, ia mengaku sangat bangga, ketika melihat ilmu yang diberikannya kepada siswa bermanfaat.
Misalnya, melihat siswa yang berhasil dengan usahanya, membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.
Sebab, beberapa lulusan SMKN Gudo juga berhasil menjadi pengusaha yang cukup dikenal di Jawa Timur.
”Saya sendiri tidak memilih berbisnis karena keterbatasan waktu, jadi lebih kepada mengajari orang saja,” jelasnya.
Biasanya Sabtu–Minggu dimanfaatkan Riska untuk memberikan pelatihan di sekolah-sekolah atau melayani orang yang ingin belajar soal tata busana kepadanya.
Selain hobi belajar dan mengajar, Riska juga suka menulis.
Seluruh karya yang ia buat juga dituangkan dalam catatan hingga melahirkan lima buku.
Yaitu Berkreasi tanpa batas dengan ecoprint N-Print, Bikin Karya Ecoprintmu Makin Hidup dengan Mozaic Ecoprint, Ecoprint M-Print, Tetap Cantik Tanpa Warna, Seni Ecoprint pada Mug Keramik, juga Ketagihan Ngeco.
Menurutnya, menulis adalah sebagai pengingat. Seperti seluruh karya yang ia hasilkan, ia dokumentasikan setiap langkah, ditulis setiap tahapannya agar tetap bisa diingat dan bermanfaat bagi orang lain.
”Ilmu kalau tidak dipraktikkan pasti akan lupa dan menguap, itulah kenapa kenapa saya suka menulis, untuk jadi pengingat,” jelasnya.
Banyaknya karya Riska, juga membawa manfaat baginya. Sebab, baju yang ia kenakan sebagian besar adalah karyanya sendiri, mulai dari motif, hingga desain.
”Karena terbatas waktu, saya ada penjahit sendiri, tapi semua desain padu padan warna dan motif semua dari saya,” jelasnya. (wen/naz)