Desakita.co – Momentum Hari Raya Idul Adha, menjadi berkah tersendiri bagi sejumlah pandai besi di Kabupaten Jombang.
Salah satunya, dirasakan perajin pisau dan golok asal Desa Tambar, Kecamatan Jogoroto.
Pantauan di lokasi, tampak dua pria terlihat sibuk menempa lempengan besi di atas sebuah kayu tua.
Keringat deras bercucuran saat mereka sahut-sahutan menempa besi yang panas itu.
Sesekali, mereka berhenti dan meletakkan besi di dalam api yang berkobar.
Setelah besi memerah, keduanya dengan cekatan kembali menempanya.
Proses itu, dilakukan terus menerus hingga besi yang semula tebal menjadi pipih dan memanjang.
Ya, beginilah proses pembuatan golok yang tengah dilakukan Muhammad Gufron, 40, warga Desa Tambar, Kecamatan Jogoroto.
Ia, sudah menjalankan bisnisnya selama 12 tahun lalu atau sejak 2012 silam.
”Ini sedang membuat pesanan golok, memang harus agak ngebut ini karena memang pesanan lagi banyak-banyaknya,” ungkapnya.
Pria berbaju merah ini menyebut, pesanan golok dan pisau memang meningkat signifikan kepadanya sejak sebulan terakhir.
Baca Juga: 5 Desa di Jombang dengan Potensi UMKM Berkembang, Nomor 4 Eksis Sejak 1970
Pesanan tersebut memang digunakan untuk kebutuhan Idul Adha yang segera datang.
“Rata-rata pesanan memang untuk persiapan kurban, baik golok untuk menyembelih, atau pisau untuk memotong daging atau digunakan untuk mengiris kulit nanti,” tambahnya.
Peningkatan pesanan itu, disebutnya juga bisa mencapai lebih dari lima kali lipat.
Jika di hari biasa ia hanya mendapat pesanan beberapa golok saja, untuk momentum Idul Adha ini ia bisa mendapatkan pesanan hingga belasan golok dan pisau perharinya.
”Kalau pisau biasanya 1-2 jam selesai, kalau golok yang biasanya lebih lama,” imbuhnya.
Untuk menjaga kualitas produksi golok dan pisaunya, Gufron menyebut juga selalu menggunakan bahan berkualitas. Ia, biasa menggunakan per mobil atau baja sebagai bahan pisau dan goloknya.
“Tergantung pesanan, tapi biasanya dua itu yang dominan dipakai, karena hasilnya lebih bagus,” tambahnya.
Soal harga, Ia tak pernah mematok dengan harga tinggi. Untuk golok dengan ukuran 30 centimeter (cm) biasa dijual seharga Rp 150 ribu. Sementara untuk ukuran lebih panjang, dijualnya seharga Rp 170 ribu.
”Yang paling mahal itu biasanya Rp 200 ribu, sudah besar sekali, kalau pisau ya bisa lebih murah lagi,” imbuhnya.
Dengan pesanan yang membeludak, Gufron menyebut bisa meraup omzet hingga Rp 4 juta dalam beberapa bulan ini. (ang)